Studi ini menganalisis data mengenai frekuensi dan durasi tidur siang anak dari kelas 4 hingga kelas 6 SD, dan memonitor perkembangannya hingga mereka mencapai kelas 6.
Pengukuran fisiologis seperti indeks massa tubuh dan kadar gula darah serta pengukuran psikologis seperti tingkat kesenangan dan percaya diri juga diukur dan diamati.
Perilaku anak serta informasi terkait capaian akademik diperoleh melalui laporan dari guru mereka masing-masing.
Hasilnya, anak yang memiliki frekuensi tidur siang tinggi per minggunya menunjukkan performa akademik yang lebih tinggi, disertai dengan perilaku yang aktif dan nampak lebih bahagia.
Kekurangan jam tidur dan rasa kantuk saat siang hari merupakan fenomena yang umum dijumpai di belahan dunia manapun.
Rasa kantuk mempengaruhi performa anak bukan hanya di sekolah, namun juga di rumah.
Selain itu, kurang tidur akan menimbulkan pengaruh negatif terhadap kemampuan kognitif anak, serta menganggu kondisi fisik dan perkembangan emosionalnya.
Hal ini terutama dijumpai di kawasan yang tidak memiliki budaya tidur siang.
Penulis | : | Nieko Octavi Septiana |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR