Dari sejak diresmikan, pasar ini sudah dikenal sebagai pasar tekstil, yang lalu berkembang menjadi bursa tekstil, pakaian jadi dan batik produksi dalam negeri.
Pedagangnya kebanyakan orang Cina dan Arab, di samping pedagang pribumi. Mereka merupakan pedagang grosir dan agen. Orang Arab kebanyakan menjual kain pelekat dan batik Pekalongan.
Nama Tanah Abang mula-mula disebut pada kuartal abad ke-17. Ada dugaan bahwa nama ini berasal dari tentara Mataram yang datang menyerbu VOC di Batavia tahun 1628. Mereka menyerang tidak hanya dari laut di Utara, tapi juga dari Selatan.
Daerah Tanah Abang yang merupakan tanah bukit dengan rawa-rawa di sekelilingnya dan di mana Kali Krukut mengalir, digunakan sebagai basis. Karena tanahnya ini berwarna merah (bahasa Jawa: abang), ada kemungkinan tentara-tentara Mataram inilah yang memberi nama Tanah Abang.
Sejarah Tanah Abang dimulai bersamaan dengan perluasan kota Batavia ke arah selatan, di abad ke-17. Ke bagian timur perluasan ini sampai mencapai wilayah yang dikenal dengan nama Weltevreden (daerah Senen). Ke bagian barat, mulai dari Molenvliet West (Jl. Gajah Mada) sampai Rijswijk(Harmoni). Lewat batas itu masih berupa hutan.
Untuk perluasan ini tentu saja dibutuhkan adanya lalu lintas penghubung, untuk masa itu misalnya kanal atau terusan. Salah seorang yang berjasa dalam pembuatan kanal di Batavia adalah Kapten Phoa Bingam. Tahun 1648 ia menggali terusan di Molenvliet yang menyambung sampai ke Kali Ciliwung di Timur.
Ke Barat Bingam menggali terusan sampai ke ujung Kebon Sirih (sekarang menjadi got yang mengalir sepanjang Tanah Abang Timur/Jl. Abdul Muis), terus bersambung dengan Kali Krukut di barat Tanah Abang.
Kanal yang digali Bingam ini berguna sekali untuk mcmperlancar pengangkutan barang dagangan dan hasil hutan. Juga mempercepat perkembangan kota ke Sclatan. Banyak rumah-rumah yang mulai dibangun di sepanjang tepi kanal.
KOMENTAR