Advertorial
Intisari-Online.com - Menurut pantauan kompas.com pada Rabu (21/5/2019) dini hari, massa mulai melemparkan bom molotov ke arah polisi yang berjaga di bawah underpass Pasar Grosir Tanah Abang, Jakarta.
Untuk mengamankan kondisi, polisi membalas serangan tersebut dengan beberapa tembakan gas air mata.
Cara ini dilakukan sebagai peringatan polisi atas petasan dan beberapa bom molotov yang dilemparkan kepada mereka.
Hingga pukul 02.30 WIB, aksi serangan dan balasan tersebut terus terjadi.
Baca Juga: Beberapa Jalan Ditutup Karena Aksi Massa 22 Mei di Depan Bawaslu, Ini Jalan Alternatifnya
Dilansir dari Angkasa.co.id pada tahun 2016 silam, dalam berbagai penangan aksi demonstrasi, para personil Kepolisian RI menjalankan tindakan sesuai protap.
Di mana setelah barikade dan water cannon tidak berdampak dalam menenangkan massa, maka untuk pertahanan terakhir, terpaksa dilakukan penembakkan gas air mata untuk membubarkan para pendemo yang mulai bertindak anarkis.
Kepolisian RI memiliki beragam pelontar gas air mata dari berbagai negara.
Namun salah satu yang populasinya cukup besar adalah pelontar gas air mata/ pelumpuh Verney Carron buatan Perancis.
Produk peluncur buatan Verney Carron ini mengandalkan ‘peluru’ dengan selongsong kaliber 44mm, lebih besar dari peluru asap atau gas air mata dari pelontar gas air mata merk lain yang mengandalkan peluru kaliber 38mm.
Pemilihan kaliber 44mm juga memungkinkan penggunaan isian lebih banyak sehingga area cakupan agen gas air mata pada area yang lebih luas.
Untuk isiannya, Verney Carron menawarkan amunisi gas air mata (CS gas) untuk membubarkan konsentrasi massa baik di area terbuka maupun tertutup.
Jika ditembakkan, proyektil yang jatuh akan pecah, mulai bereaksi dan melepaskan gas air mata dengan zat aktif Ortho-Chlorobenzylidene Malononitrile (CS) dengan asap tebal warna putih.
Jika manusia terkena asap ini secara langsung, organ tubuh yang dilindungi selaput lendir seperti mata, hidung, dan mulut akan langsung bereaksi dengan paparan zat CS.
Wajah akan langsung perih dan panas seperti terbakar saat terkena gas air mata, juga disertai keluarnya air mata, batuk-batuk hebat, dan bersin-bersin.
Jika langsung terkena dan tidak kuat, seseorang bahkan bisa mengalami sesak nafas dan pingsan sehingga harus memperoleh pertolongan pertama.
Ada dua macam amunisi, yang pertama adalah amunisi standar dan yang kedua amunisi dispersal, di mana ketika ditembakkan amunisi akan pecah menjadi tiga proyektil sehingga sebaran gas CS lebih luas dan bisa menjangkau lebih banyak konsentrasi massa.
Baca Juga: Sering Disebut, Sebenarnya Apa dan Siapa Saja yang Dapat Dikenai Pidana Terkait Aksi ‘Makar’?
Dari pengamatan penulis, ada dua tipe pelontar Verney Carron yang diadopsi Polri.
Yang pertama Flash Ball Maxi (FBM).
Sosoknya terlihat seperti shotgun raksasa tanpa popor, dengan laras ganda berdampingan.
Laras harus diungkit terbuka ke arah bawah, untuk memasukkan peluru atau menarik keluar selongsong.
Finishing pada laras menggunakan laburan cat matte sehingga sekilas membuatnya terlihat seperti plastik, padahal menggunakan laras baja.
Gagangnya berbentuk kotak, dengan gagang belakang dan gagang depan menyambung pada bagian bawah.
Masing-masing laras memiliki sistem pelatuk sendiri sehingga di dalam trigger guard terdapat dua pelatuk.
Pengokangnya ada di bagian belakang dan harus ditarik untuk mengokang, sepintas membuat FBM seperti mainan pistol-pistolan.
Untuk membidik pada kondisi malam, pada tiang pejera yang diposisikan di antara kedua mulut laras diberikan pejera berbahan fiber-tritium.
Varian kedua adalah Flash Ball Super Pro (FBSP) yang bentuknya seperti revolver raksasa dengan dua laras bertumpuk. (Aryo Nugroho)