"Ratusan kali saya mengalami kelahiran prematur," katanya kepada The New York Times .
"Tidak ada yang akan tahu apa artinya bagiku untuk menghancurkan bayi-bayi itu, tetapi jika aku tidak melakukannya, baik ibu dan anak akan dibunuh dengan kejam."
Jika kehamilannya terlalu jauh ketika sang ibu tiba dalam perawatan Perl, ginekolog itu akan memecah kantung ketuban, secara manual melebarkan serviks, dan melahirkan bayi yang prematur meninggal hampir seketika.
Dalam bukunya I Was a Doctor in Auschwitz, dia menceritakan kisah tentang seorang wanita muda yang tiba hampir semester penuh.
Bayi itu dikirim secara rahasia dan ibunya dikirim ke rumah sakit dengan pneumonia.
Perl berusaha menjaga bayi itu tetap hidup, tetapi takut tangisannya akan menyiagakan para penjaga, yang berarti kematian bagi ibu, anak, dan mungkin semua wanita di barak.
"Aku tidak bisa menyembunyikannya lagi," tulisnya.
"Aku mengambil tubuh kecil yang hangat di tanganku, mencium wajah yang halus...lalu mencekiknya dan mengubur tubuhnya di bawah gunung mayat yang menunggu untuk dikremasi."
Dia pikir dia telah melakukan yang terbaik yang dia bisa dalam menghadapi keadaan yang mengerikan yang tak terbayangkan.
Source | : | All Thats Interesting |
Penulis | : | Nieko Octavi Septiana |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR