Antara keduanya pun memiliki hubungan cinta dan segera menikah.
Kemudian, Cheung Po Tsai sepenuhnya mengambil alih posisi pemimpin bajak laut dari istrinya.
Cheung Po Tsai menguasai wilayah pesisir Guangdong, pada masa Dinasti Qing.
Baca Juga : Bertobat Sebelum Eksekusi Mati, Terpidana Mati Berikan Makan Terakhirnya untuk Tunawisma
Perompaknya didisiplinkan dengan baik, berbagi harta rampasan dengan adil dan tidak diizinkan untuk melukai atau membunuh wanita.
Pada puncak kekuasaannya, armada Cheung memiliki 20.000 orang pasukan dan 600 kapal.
Pada tahun 1810, setelah kejatuhan besar pasukan bajak lautnya, Cheung Po menyerah kepada Pemerintah Qing dan menjadi seorang pejabat.
Dia menjabat sebagai seorang kapten di angkatan laut kekaisaran Qing dan bertanggung jawab untuk menghapuskan tindak pembajakan.
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR