Sehingga punya hak dikuburkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.
"Tapi ayah saya tak mau pilih di sana. Dia ingin bersama masyarakat umum dikuburkan di Tanah Kusir Jakarta saja," kata Glenn Indra Huhnholz.
Ayahnya keturunan Belanda dan ibu Glenn keturunan Thailand, sehingga Glenn selain bisa berbahasa Indonesia juga bisa bahasa Inggris, Belanda, Thailand dan Jepang.
"Antara tahun 1991-2007 saya buka klinik gigi di Ningyocho Nihonbashi Tokyo. Ini adalah klinik dokter gigi pertama kali di Jepang," kata dia.
Setelah ibunya sakit-sakitan saat berada di Hawai, Glenn menutup klinik tersebut disamping juga menurunnya jumlah pasiennya saat itu.
"Ibu sakit berat dan ekonomi Jepang juga jadi buruk. Pasien dari 76 orang per hari menjadi 28 orang per hari. Tak bisa tutup cost sehari-hari jadi ditutup, dijual," ungkapnya.
Meskipun demikian Glenn tidak patah arang. Kini dengan semakin banyaknya WNI di Jepang akhir-akhir ini, semangatnya hidup kembali untuk membuka klinik gigi lagi.
"Saya ingin buka kembali klinik gigi khususnya untuk orang Indonesia dan warga asing di Jepang."
"Badan saya sehat. Saya mau kerja sampai akhir hayat untuk orang Indonesia supaya terjaga kesehatannya selama di Jepang," kata Glenn Indra Huhnholz.
Tapi menurutnya membuka klinik gigi tidaklah murah dan untuk itu perlu sponsor.
"Kalau saya punya sedikitnya 10 juta yen pasti saya akan buka klinik gigi lagi."
"Plus tentunya nanti bayar uang sewa ruangan mungkin sekitar maksimum 300.000 yen sebulan, harus diperhitungkan sebelum uang kembali dari pasien yang masuk."
Selain itu perawat yang membantunya juga bisa dari orang Indonesia yang ada di Jepang, sehingga membuka lowongan kerja bagi orang Indonesia yang ada di Jepang.
Memang tidak mudah membuka klinik gigi di Jepang.
Baca Juga : Hari Disabilitas Internasional: 6 Tokoh Disabilitas yang Buktikan Bahwa Semua Impian Bisa Jadi Kenyataan
Penulis | : | Nieko Octavi Septiana |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR