Kota Bundar Selesai dan Dinamai
Al-Mansur menamai kotanya yang baru dibangun Madinat al-Salam (yang berarti 'Kota Damai').
Tidak lama setelah kota ini dibangun, sebuah pemukiman komplementer yang dikenal sebagai Mu'asker al-Mahdi didirikan di tepi timur Tigris.
Baca Juga : Alergi Air, Wajah Perempuan Ini 'Terbakar' Setiap Kali Dirinya Menangis, Kok Bisa?
Meskipun sebuah kota bundar memiliki banyak keuntungan, salah satu kelemahan utamanya adalah ruangnya terbatas.
Masalah ini diperburuk oleh fakta bahwa inilah yang sekarang menjadi jantung kekhalifahan Abbasiyah dan banyak orang datang untuk menetap di kota.
Karena itu, penciptaan Mu'asker al-Mahdi diperlukan.
Selain itu, pada 773, pasar dipindahkan oleh al-Mansur di luar tembok kota, di daerah al-Karkh.
Madinat al-Salam tidak mempertahankan statusnya sebagai jantung kota Baghdad sejak lama.
Antara 836 dan 892, ibukota kekhalifahan Abbasiyah dipindahkan ke Samarra, karena masalah dengan pasukan Turki khalifah Turki di Baghdad.
Ketika khalifah, al-Mu'tamid, kembali, dia memutuskan untuk tidak tinggal di Madinat al-Salam dan menetap di sisi timur sungai.
Kota yang dibangun al-Mansur terus dihuni pada abad-abad berikutnya.
Baca Juga : Inilah Serda Ambar, Paspampres Cantik Asal Sidoarjo yang Curi Perhatian Warganet Indonesia
Pada tahun 1258, Bagdad jatuh ke tangan bangsa Mongol dan Kekhalifahan Abbasiyah berakhir, meskipun cabang keluarga terus melayani sebagai khalifah di Kairo di bawah pemerintahan Mamluk.
Karena Abbasiyah tidak lagi mengendalikan Baghdad, kota, termasuk Madinat al-Salam berangsur-angsur menurun.
Akhirnya, jejak terakhir Madinat al-Salam dihancurkan oleh Midhat Pasha, gubernur reformis Utsmaniyah, pada awal 1870-an.
Baca Juga : Punya 3 Zona Waktu Puasa, Burj Khalifa Jadi Bukti Bahwa Bumi Bulat
Source | : | ancient origins |
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR