Lebih dalam lagi, bagian mantel di bawah astenosfer sifatnya menjadi lebih kaku lagi. Penyebabnya bukanlah suhu yang lebih dingin, melainkan tekanan yang tinggi.
Lapisan litosfer dibagi menjadi lempeng-lempeng tektonik. Ada tujuh lempeng utama dan banyak lempeng-lempeng yang lebih kecil.
Tujuh lempeng yang besar itu adalah (1) Pasifik, (2) Amerika Utara, (3) Amerika Selatan, (4) Afrika, (5) Eurasia (lempeng tempat Indonesia berada), (6) Australia, dan (7) Antartika.
Lempeng-lempeng litosfer ini menumpang di atas astenosfer. Mereka bergerak relatif satu dengan yang lainnya di batas-batas lempeng, baik divergen (menjauh), konvergen (bertumbukan), ataupun transform (menyamping).
Di bawah lempeng-lempeng inilah arus konveksi berada dan astenosfer (lapisan dalam dari lempeng) menjadi bagian yang terpanaskan oleh peluruhan radioaktif seperti Uranium, Thorium, dan Potasium.
Bagian yang terpanaskan inilah yang menjadi sumber dari lava yang sering kita lihat di gunung berapi dan juga sumber dari material yang keluar di pematang tengah samudera dan membentuk lantai samudera yang baru.
Magma ini terus keluar ke atas di pematang tengah samudera dan menghasilkan aliran magma yang mengalir kedua arah berbeda dan menghasilkan kekuatan yang mampu membelah pematang tengah samudera.
Pada saat lantai samudera tersebut terbelah, retakan terjadi di tengah pematang dan magma yang meleleh mampu keluar dan membentuk lantai samudera yang baru.
Kemudian lantai samudera tersebut bergerak menjauh dari pematang tengah samudera sampai akhirnya bertemu dengan lempeng kontinen (benua) dan akan menyusup ke dalam karena berat jenisnya yang umumnya berkomposisi lebih berat dari berat jenis lempeng kontinen.
Baca Juga : Jika Rencana Pemindahan Ibu Kota Indonesia Terjadi, Bagaimana Nasib Jakarta?
KOMENTAR