Di sisi lain, lebih dari 10.000 kapal asing dengan bebas beroperasi di Indonesia sehingga dianggap suatu hal yang biasa.
Begitu dibentuk Satgas 115 yang menjadi garda terdepan perbatasan laut serta tindakan tegas berupa penenggelaman kapal, stok ikan di laut Indonesia kembali melimpah.
Di akhir 2018, stoknya menjadi 13 ton. Ekspor ikan tak lagi lesu, bahkan Indonesia menjadi eksportir ikan tuna terbesar di dunia.
Nelayan bosa setiap hari melaut dengan hasil melimpah sepanjang tahun.
"Dalam 4 tahun, revenue dari perikanan dari Rp2 triliun jadi Rp15 triliun. Ekspor naik 800 persen. Itu dirasakan masyarakat dan pemerintah," kata Susi.
Namun, setelah dua tahun pertama penerapan kebijakan penenggelaman kapal, sebagian kapal-kapal yang ditangkap itu dilelang.
Susi mengatakan, harga kapal yang dilelang tak sebandung dengan apa yang telah mereka curi dari laut Indonesia.
Susi mengatakan, harga kapal yang senilai Rp10 miliar akan turun nilainya jika dilelang menjadi Rp 1 miliar.
Sementara itu, ikan yang dicuri nilainya bisa mencapai Rp 2-3 miliar.
"Sekarang masih ada 90 kapal yang banding dan belum inkracht. Saya harap 90 ini tidak berkurang karena ada yang lolos dam dilelang.”
“Saya mau ini disita buat negara untuk dimusnahkan," tutup Susi. (Ambaranie Nadia Kemala Movanita)
(Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Susi: Penenggelaman Kapal Asing Ilegal akan Dongkrak Perekonomian")
Baca Juga : Kisah Mark Boyle, Pria yang Hidup Tanpa Listrik, Tinggalkan Dunia Modern, Tapi Bisa Hidup dengan Damai
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR