"Dia kan Kepala Personalia PT CPS, tak aneh kalau juga ditanya," ujar Hari.
Seusai sembahyang, Mutiari mandi dan pergi tidur. "Tapi dia tak bisa merem sedikit pun. Gelisah terus. Waktu saya tanya kenapa, dia malah nangis sesenggukan."
Setelah didesak, barulah ia buka mulut. "Saya kasihan sama Pak Yudi (direktur PT CPS, Red.). Dia ditangkap dan tak boleh pulang. Mas juga harus siap. Nasib saya mungkin seperti Pak Yudi," ucapnya seperti ditirukan Hari.
Firasatkah?
Esok paginya, Jumat, keanehan serupa juga dirasakan Tuni, waktu itu 47 tahun, ibu Mutiari. Sebelum berangkat kerja, tutur Tuni, "Dia pesan masakan ikan laut untuk makan malam. Saya sanggupi. Tapi terus dia bilang, ikannya dibungkus saja karena mungkin tak akan makan di rumah lagi."
Baca Juga : Hari Buruh 1 Mei: May Day atau Mayday? Perbedaannya Sangat Besar tapi Jarang Orang Tahu
Teka-teki tersingkap
Sampai malam, Mutiari belum juga pulang. Hari mulai bertanya-tanya. "Ah, mungkin dia sedang dimintai keterangan," ucapnya saat itu menghibur diri.
Namun sampai lewat tengah malam, Mutiari tak kunjung kembali. Hari pun gelisah. Ia langsung ke rumah Ayip, kepala produksi PT CPS, yang kenal cukup dekat dengan Mutiari.
"Di sana saya cuma menemui istri Ayip yang juga sama-sama kebingungan karena suaminya tak pulang."
Hingga seminggu kemudian, Mutiari tetap raib bak ditelan bumi. Hari dengan ditemani ayah mertuanya melaporkan hilangnya Mutiari ke Polsek Porong.
Sementara itu, Hari mendengar kabar angin, istrinya ditahan di Polda Surabaya. Tapi ketika ia datang ke sana, "Petugas reserse bilang tak tahu menahu. Malah, mereka menyarankan saya menghubungi Kodam dan Bakorstanasda. Saran itu saya turuti. Tapi di situ pun ia tak ada."
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR