Kekerasan ekstremis bukanlah hal baru
Sebagian besar Muslim di Sri Lanka adalah etnis Tamil. Jumlah mereka setidaknya 10% dari populasi.
Muslim Tamil masuk ke dalam ketegangan yang lebih baru–dikucilkan sebagai penutur bahasa Tamil, tetapi mereka juga berselisih dengan lebih banyak orang Tamil Hindu.
Mereka juga telah lama menjadi sasaran persekusi etnis Sinhala, dengan kerusuhan anti-Muslim yang terjadi setidaknya sejak awal abad ke-20.
Ketika perang Macan Tamil berlangsung, umat Buddha Sinhala menjadi lebih radikal. Beberapa orang Sinhala menyatakan bahwa semua orang di Sri Lanka harus beragama Buddha saja.
Dengan kalahnya Macan Tamil, komunitas non-Buddhis Sri Lanka kembali dipersekusi. Aksi ini berpuncak pada tahun 2013 dengan serangan dari kelompok Buddhis pada sebuah masjid.
Kerusuhan anti-Muslim pada tahun 2014 mengakibatkan keadaan darurat selama sepuluh hari.
Tahun lalu, kerusuhan anti-Muslim lebih banyak terjadi. Para biksu Buddha juga kerap mengganggu ibadah gereja Kristen.
Sejarah kekerasan ekstremis Sri Lanka tidaklah muncul kemarin sore. Sentimen kelompok Buddhis Sinhala telah menjadi penyebab kuat konflik ini.
Mungkin pengeboman Kolombo Timur merupakan reaksi terhadap penganiayaan etnis yang terjadi baru-baru ini.
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR