Drone itu dibuat khusus untuk memantau organ di udara secara real time seperti yang disampaikan pada 19 April 2019 dan mengirimkan pembaruan kepada personel yang menangani transplantasi, kata rumah sakit tersebut.
Penerima ginjal yang dikirim adalah seorang wanita berusia 44 tahun dari Baltimore yang menghabiskan delapan tahun menjalani cuci darah sebelum menjalani transplantasi.
"Ini merupakan hasil kolaborasi luar biasa antara ahli bedah, insinyur, Federal Aviation Administration (FAA), spesialis pengadaan organ, pilot, perawat, dan tentunya pasien,” ucap Joseph Scalea, salah satu ahli bedah yang melakukan transplantasi di UMMC seperti dilansir dari usatoday.com pada Selasa (30/4/2019).
“Pada akhirnya, kami dapat membuat terobosan perintis dalam transplantasi.”
Tentu Anda tak perlu khawatir soal ginjal tersebut.
Sebab, sebelum pengiriman awal, para peneliti menguji drone dengan mengirimkan barang-barang seperti saline, tabung darah, dan ginjal manusia yang sehat.
Dokter percaya penggunaan drone untuk membuat pengiriman organ bisa membuatnya lebih banyak tersedia daripada metode tradisional pengangkutan organ.
"Masih ada perbedaan yang menyedihkan antara jumlah penerima pada daftar tunggu transplantasi organ dan jumlah total organ yang dapat ditransplantasikan," kata Scalea..
"Oleh karenanya, teknologi baru ini memiliki potensi untuk membantu memperluas kumpulan organ donor dan akses ke transplantasi."
Diketahui bersama bahwa penggunaan drone telah berkembang luas dalam beberapa tahun terakhir.
Sehingga beberapa industri memasukkan teknologi ke dalam layanan mereka.
Lihat video pengiriman ginjal tersebut di bawah ini:
Baca Juga : Bukan Pantulan, Tapi Ini Alasan Warna Langit dan Air Laut Sama-sama Warna Biru
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR