Sementara Inggris Raya tidak mendukung gagasan untuk menciptakan negara Yahudi, dua kekuatan utama dalam tatanan pasca-perang, Uni Soviet dan AS, memilih solusi dua negara.
Pada gilirannya, solusi dua negara sangat ditentang oleh negara-negara Arab.
Pada bulan November 1947, masalah ini dipilih saat sidang pleno Majelis Umum PBB.
Duta Besar Soviet untuk PBB, Andrei Gromyko, mengatakan dalam pidatonya:
Baca Juga : Temui Objek 279, Tank Berat Eksperimental Soviet yang Mampu Lintasi Segala Medan, Termasuk Rawa-rawa
"Orang-orang Yahudi telah terhubung dengan Palestina selama periode sejarah yang panjang."
Ini bertentangan dengan Arab yang memandang pembentukan Israel adalah sesuatu yang tidak adil.
Dukungan Soviet
Uni Soviet adalah negara pertama yang secara resmi mengakui Israel, dua hari setelah mendeklarasikan kemerdekaan pada 14 Mei 1948.
Baca Juga : Temukan Pistol, Bocah 4 Tahun Ini Main dan Tak Sengaja Tembak Kepala Sendiri
Dukungan Stalin untuk tujuan Israel tidak bertahan lama.
Namun hubungan bilateral ini memburuk setelah Golda Meir, utusan Israel ke Rusia, mengangkat masalah emigrasi Yahudi Soviet ke Israel.
Soviet tidak menghendaki emigrasi itu dan memposisikan semua orang Yahudi Soviet sama seperti semua orang Soviet pada umumnya yang tidak membutuhkan Tanah Perjanjian.
Politisi Israel tidak bisa menerima ini, dan mereka segera beralih ke AS sebagai sekutu utama mereka.
Baca Juga : 3 Cara Bagaimana Militer Israel Dominasi Medan Perang, Seperti Apa?
Source | : | rbth.com |
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR