Dia bertanya kepada neneknya apakah dia bisa membangun sekolah di sebelah rumah mereka.
Alasannya karena beberapa anak di lingkungannya tidak bisa bersekolah karena mereka tidak punya uang untuk membayar transportasi, tidak memiliki sepatu, dan beberapa lainnya menjadi tuna wisma.
Mendengar ucapan cucunya, Ramona, nenek Nicanor dengan senang hati menyetujui gagasan itu dan bersama-sama mereka mulai mengubahnya menjadi kenyataan.
Di halaman belakang rumahnya, di "Las Piedritas" di Pocito, San Juan, Argentina, Nicanor dan neneknya membangun sebuah sekolah bernama "Patria y Unidad”.
Mereka menggunakan kanvas dan tongkat untuk membuat ruang kelas, kotak buah sebagai kursi, dan mendaur ulang lembaran menjadi buku sehingga siswa dapat menulis dan belajar.
Ketika 4 tahun telah berlalu sejak itu, dan dengan bantuan tetangga dan orang-orang baik, Nicanor telah mampu membangun 2 ruang kelas lagi, loker, papan tulis, perpustakaan kecil, dan bel yang mengingatkan siswa untuk istirahat.
Beberapa guru yang mengajar adalah teman sekelasnya sendiri dan Nicanor bahkan memiliki kantor kepala sekolah sendiri.
Anak-anak "Las Piedritas" sendiri sangat berdedikasi dan tekun dalam studi mereka dan mereka selalu mengetuk pintu kepala sekolah sebelum sekolah untuk memberi tahu dia bahwa mereka telah tiba.
Baca Juga : Kisah Robinson Sinurat, Anak Petani yang Berhasil Lulus S2 di Columbia Univesity dan Bertemu Barack Obama
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR