Misionaris Karl Gützlaff pada 1834, sarjana hukum Prancis Édouard Louis Joseph Bonnier pada 1862, dan sarjana Amerika Owen Lattimore pada 1930-an menulis tentang praktik itu.
Pada tahun 1895, misionaris Taiwan George Mackay menyaksikan para narapidana pengganti ini, "Sudah menjadi rahasia umum bahwa orang-orang ini tidak ada hubungannya dengan kasus ini, tetapi disuap untuk menjadi pengganti kejahatan."
Pada tahun 1899, Ernest Alabaster, seorang sarjana hukum pidana China, menulis bahwa pengadilan "mengijinkan" pelaku nyata untuk menyewa pengganti.
Beberapa pejabat kekaisaran Tiongkok mengakui penggunaan penjahat pengganti dan membenarkannya.
Lagi pula, penjahat yang sebenarnya dihukum dengan membayar nilai pasar dari kejahatannya, sementara hukum ditegakkan untuk mengintimidasi penjahat lain.
Dengan kata lain, praktik ini adalah 'kebijakan' yang membatasi perdagangan kejahatan.
China adalah negara yang berkembang dengan sistem kapitalisme ektrem yang memperkerjakan narapidana pengganti.
Beralihnya ke sistem Komunisme, mungkin orang-orang akan berpikir praktik 'Ding Zhui' akan lenyap.
Pada kenyataannya, tidak. Dengan kembalinya kapitalisme, penjahat pengganti masih terus ada dan praktik ini seolah abadi di daratan Tiongkok.
Namun, trik ini semakin hari semakin mudah diterka karena dengan perkembangan internet, orang-orang bisa lebih leluasa mengenali wajah pelaku.
Baca Juga : Jika Anak Menerita Demam Ternyata Itu Tidak Berbahaya, Justru Baik Bagi Tubuhnya
Source | : | The Sydney Morning Herald/Geoffrey Sant |
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR