Biaya pembangkit diesel di laut adalah 2 yuan per kilowatt atau setara Rp 4.237, sementara biaya pembangkit nuklir bisa 0,9 yuan atau setara Rp 1.906.
Para analisis mengaitkan proyek PLTN China dengan rencana militerisasi atau "menjajah" Laut China Selatan dan mengubah perairan yang luas menjadi danau.
Selain menjadi penyalur energi, PLTN China juga berfungsi untuk mempercepat eksploitasi minyak, gas alam, dan mineral mudah terbakar yang ditemukan di dasar laut.
Bagi para analisis, China telah membangun reaktor mini untuk menggerakkan kapal selam sejak 1970-an.
Dan dengan pengembangan kapal induk bertenaga nuklir pertama, pemanfaatan teknologi untuk membangun PLTN di laut adalah langkah yang semestinya tidak mengejutkan.
Bila pembangunan berjalan sesuai rencana, reaktor nuklir pertama yang mengambang di lautan Asia akan berfungsi penuh pada 2021.
Melansir Futurism, Kamis (21/3/2019), China bukan satu-satunya negara yang tertarik pada teknologi PLTN.
Pembangkit listrik nuklir terapung milik Rusia diperkirakan akan menyala di lingkaran Arktik akhir tahun ini.
Baca Juga : Kuatnya Karisma Ogedei Khan: Hanya Kematiannya yang Selamatkan Eropa dari Bangsa Mongol
Artikel ini telah tayang di Kompas.com oleh Gloria Setyvani Putri dengan judul "Akhir 2019, China Siap Bangun 20 Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir"
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR