Anak-anak tersebut kini tidak akan lagi terhambat oleh harapan rendah mereka.
Dia percaya Afrika akan menghasilkan ilmuwan, insinyur, pengusaha yang suatu hari akan terkenal di setiap sudut dunia dan anak perempuan akan menjadi bagian besar dalam hal tersebut.
Penghargaan yang diselenggarakan oleh Varkey Foundation tersebut telah menempatkan Peter sebagai pemenang, mengalahkan 10.000 nominasi lainnya dari 179 negara.
Peter mengatakan bahwa tantangan dari mengajar adalah kurangnya fasilitas di sekolahnya, termasuk tidak cukup buku dan guru.
Kelas yang biasanya hanya menampung 35 hingga 40 murid, digunakan untuk menampung 70 atau 80 murid sehingga kelas nampak penuh sesak.
Kurangnya koneksi internet juga menjadi salah satu penghambat baginya karena hal itu berarti dia harus pergi ke warnet untuk mengunduh bahan untuk mengajar.
Banyak murid berjalan lebih dari 6 km di jalanan yang buruk untuk mencapai sekolah.
Belum lagi, Peter juga harus membujuk masyarakat setempat untuk mengerti nilai pendidikan, dengan mengunjungi keluarga yang anak-anaknya berisiko putus sekolah.
Baca Juga : Seorang Guru Kaget Ketika Pendidikan Seks di SD, Seorang Murid Memberikan 'Catatan Pemerkosaan Ayah'
Dia mencoba untuk mengubah pikiran keluarga yang berharap anak perempuan mereka menikah di usia dini, dengan mendorong mereka untuk memasukkan anak perempuan mereka ke sekolah.
Namun, Peter bertekad untuk terus memberi mereka kesempatan untuk belajar sains agar wawasan mereka terus bertambah.
Murid-muridnya bahkan telah berhasil dalam kompetisi sains nasional dan internasional, termasuk mendapatkan penghargaan dari Royal Society of Chemistry di Inggris.
Baca Juga : Perusahaan Fashion Jual Celana Tembus Pandang Seharga Rp700 Ribu, Pembeli: Apa Gunanya?
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR