"Jangan lagi memedi sawah menjelma menjadi manusia yang saling menakuti hanya demi tujuan-tujuan ekonomi maupun politik," tambahnya.
Seniman tari dan pengelola Padepokan Lemah Putih, Soeprapto Soerjodarmo, juga sepakat dengan pandangan Hari Budiono.
"Saya kira, kenyataan memang seperti itu. Saya akan meresponsnya dengan gerak," kata seniman tari yang akrab dipanggil Mbah Prapto ini.
Pada pembukaan pameran ini, Kamis (14/3/2019), Mbah Prapto akan menampilkan karya geraknya sebagai bagian dari urun keprihatinan dan partisipasi mengajak kembali kepada keramahan berbangsa dan bertanah air.
Hari Budiono memang mengajak kita untuk tak takut "memedi sawah" dan melawan teror ketakutan mereka dengan senyum dan tawa.
Proses kreatif selama 1,5 tahun itu juga menghadirkan beberapa lukisan sebagai respons sosial.
Ada lukisan berjudul "Dasamuka", "Panggung Sandiwara", "Warna-warni Ayam Nagari", "Menggantung Cemas", "Jula-juli Tahu Garit", Babi Tanah 2019, dan "Meletus Balon Hijau".
Semua lukisan itu juga bagian dari upaya dia memotert kenyataan sosial yang menurutnya mengancam ketentraman dan harmonisasi kemasyarakatan dan kebangsaan.
Sebagai seniman, harapan dia pameran ini bisa mengajak orang untuk kembali menebar senyum dan tawa.
"Sebab, senyum dan tawa memiliki resonansi positif yang menyejukkan dan ada kekuatan kasih serta persahabatan yang kuat," katanya.
Indonesia yang damai-sentosa, penuh persahabatan dan keramahan, gotong-royong dan saling memaafkan, menjadi potret realita.
Tersenyum dan tertawalah, Indonesia. (Hery Gaos)
Penulis | : | Hery Prasetyo |
Editor | : | Yoyok Prima Maulana |
KOMENTAR