Banyak romusha yang ketika dibawa keluar Jawa menggunakan kapal malah menjadi korban tenggelam di laut karena mendapat serangan udara dari pasukan Sekutu.
Namun di Kasultanan Yogyakarta warganya relatif aman dari program itu karena Raja Yogyakarta saat itu, Sri Sultan Hamengku Buwana IX (disingkat Sultan HB IX), berhasil mengibuli Jepang.
Caranya, Sultan HB IX meminta agar Jepang membantu pembangunan program irigasi untuk mengalirkan air dari Sungai Progo ke daerah-daerah pelosok sehingga bisa ditanami padi.
Jika panenan padi melimpah, hasilnya sesuai aturan yang diterapkan Jepang saat itu.
Walhasil, panenan tersebut bisa untuk membantu pangan pasukan Jepang yang sedang bertempur melawan Sekutu.
Baca Juga : Begini Prosedur Beli Kacamata Agar Ditanggung BPJS Kesehatan
Tapi karena untuk membangun saluran irigasi dibutuhkan banyak tenaga manusia, Sultan HB IX meminta agar warga Yogyakarta tidak diikutkan dalam program Romusha.
Semua warga laki-laki Yogya yang sudah bisa bekerja diwajibkan ikut membangun irigasi secara gotong-royong.
Di luar dugaan, seperti termaktub dalam Tahta untuk Rakyat: Celak-celah Kehidupan Sultan Hamengku Buwana IX, pemerintah militer Jepang di Indonesia yang dikenal sangat kejam dan tidak mengenal kompromi ternyata menyetujui permintaan Sultan HB IX.
Jepang bahkan membantu dana dan berbagai peralatan untuk membangun saluran irigasi yang kini dikenal sebagai Selokan Mataram itu.
Warga Yogyakarta sendiri hingga saat ini terus memelihara dan ‘menghormati’ keberadaan Selokan Mataram.
Pasalnya selokan yang sangat bersejarah ini terbukti bisa menjamin warga tidak mengalami kekeringan dan tetap panen padi meski sedang musim kemarau. (Agustinus Winardi/Pengamat militer dan mantan wartawan Angkasa)
Baca Juga : Ingin Tahu Penampakan Tugu Jogja Zaman Jadul? Inilah Potret Lawas 6 Tempat Terkenal di Indonesia
Penulis | : | intisari-online |
Editor | : | Yoyok Prima Maulana |
KOMENTAR