DW: Bagaimana awal mula kamu bisa memilih program ini?
Iban: Saya memang bercita-cita melanjutkan studi saya, yaitu melanjutkan S2.
Saya mendapatkan program ini awalnya selain mencari sendiri program dari masing-masing ketiga kampus tersebut juga disarankan serta diperkenalkan oleh dosen pembimbing semasa kuliah S1 dulu.
Di samping itu ada motivasi lain kenapa saya memilih program ini.
Waktu saya kecil saya senang dengan sains, saya senang membaca biografi tokoh seperti Albert Einstein, BJ Habibie, dan saat dewasa saya melihat sosok ilmuwan muda yakni Pak Yogi Ahmad Erlangga saat itu beliau mendapatkan penghargaan Bakrie Award dan beliau kuliah di TU Delft.
Dan ketika saya lulus sarjana, saya sangat senang bisa mendapatkan program ini yang bisa kuliah di tempat ketiga tokoh-tokoh tersebut.
Jadi saya ke Delft dimana Pak Yogi Ahmad Erlangga berkuliah, saya ke ETH Zurich dimana Einstein pernah berkuliah, dan sekarang saya ada di RWTH Aachen tempat dimana Pak Habibie menimba ilmu.
DW: Bagaimana pendapat keluarga tentang pencapaian kamu ini?
Iban: Sama sekali tidak menyangka. Keluarga besar saya tidak menyangka. Di Buton jarang sekali ada orang yang rela kuliah jauh-jauh.
Seperti saya saat ambil S1, semua kaget tahu saya bisa kuliah di Makassar. Saya cucu pertama jadi saya ingin menunjukkan kepada mereka bahwa saya mampu.
Dan sekarang saya berada di Jerman.
DW: Mengapa jurusan Geofisika Terapan yang kamu ambil?
Iban: Karena dulu saat masih kuliah S1 saya kuliah jurusan Geofisika di Makassar jadi ingin saya lanjutkan.
Saya sering membaca ensiklopedia tentang geofisika, luar angkasa, bumi, komputer. Saya jatuh cinta terhadap geofisika.
Baca Juga : Benarkah Tidak Memakai Celana Dalam Justru Lebih Sehat?
Penulis | : | Intisari Online |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR