Beberapa ilmuwan menganggap tulang belulang binatang itu sebagai sampah belaka.
Namun pihak yang lain mengatakan bahwa tulang itu berfungsi sebagai persembahan untuk orang mati.
Kedua teori telah disangkal dalam penelitian terbaru, dan hipotesis baru yang diajukan.
Dr Reuven Yeshurun, salah satu penulis penelitian ini, menolak hipotesis bahwa tulang itu adalah persembahan.
Baca Juga : Cerita Tentang Korowai, Suku di Pedalaman Papua yang Masih Doyan Makan Daging Manusia
Hal itu karena karena kebiasaan pada saat itu adalah menggunakan seluruh bagian tubuh hewan sebagai persembahan penguburan, seperti sayap burung atau betis mamalia.
Namun, tulang binatang yang ditemukan di situs pemakaman bukanlah tulang utuh, juga tidak diletakkan dalam konfigurasi yang teratur.
Sebaliknya, ada berbagai macam tulang dan pecahan yang tersebar di sekitar lubang penguburan.
Yeshurun juga menolak hipotesis bahwa tulang-tulang itu hanyalah sampah yang berserakan tanpa memiliki tujuan tertentu.
Baca Juga : Meski Nikmat, 6 Bagian Tubuh Ayam Ini Sebaiknya Tak Anda Konsumsi, Ini Bahayanya
Menurut Dr Yeshurun, setiap tulang yang tersisa dari makanan akan dihancurkan dengan tanah, dihancurkan dengan diinjak-injak, atau dibakar ketika api dinyalakan.
Tetapi tulang yang ditemukan di gua jauh lebih sedikit terbakar dan hancur daripada yang ditemukan di permukiman lain.
Selain itu, gua juga tak meninggalkan jejak-jejak kehidupan atau ditinggali dan sepertinya hanya digunakan untuk penguburan.
Tampak bahwa tulang-tulang itu adalah sisa-sisa makanan karena menunjukkan tanda-tanda pemotongan.
Baca Juga : Pakai Trik Celana Jins, Pria Ini Berhasil Selamat Setelah 3 Jam Hilang di Laut
Source | : | ancient origins |
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR