1930an: Tes Serologis
Ilmuwan mencoba menggunakan protein lain pada permukaan sel darah yang dapat digunakan untuk identifikasi individu.
Digunakanlah sistem darah Rh, Kell, dan Duffy.
Sistem ini juga didasarkan pada kehadiran antigen tertentu yang bersifat menurun.
Namun hampir sama dengan sistem ABO, kemampuan eksklusinya 40% dan tidak efektif untuk identifikasi hubungan biologis.
1970an: Tes HLA
Pada pertengahan 1970an, ilmuwan fokus pada tipe jaringan dan menemukan antigen sel darah putih atau Human Leukocyte Antigen (HLA), suatu protein yang ada di seluruh tubuh kecuali sel darah merah.
Sel putih yang ditemukan dalam darah memiliki konsentrasi HLA yang tinggi.
Diketahui pula tipe HLA bervariasi antara orang yang tidak terkait secara biologis.
Karena variabilitas tipe HLA yang tinggi di antara orang-orang, HLA digunakan untuk identifikasi hubungan biologis.
Kemampuan eksklusi tes HLA adalah 80%, ditambah dengan ABO dan uji serologis adalah sekitar 90%.
Namun tes HLA memerlukan sampel darah dalam jumlah besar untuk diuji.
1980an: Tes DNA RFLP
Awal 1980an mulai berkembang suatu teknik yang disebut Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP), sebuah tes yang pertama kali menggunakan DNA.
Sama seperti antigen dalam darah, DNA juga diwariskan dari orantua pada keturunannya.
Ilmuwan menemukan terdapat bagian DNA yang dapat menunjukkan kekerabatan dengan lebih spesifik.
Bagian yang diuji adalah mengandung VNTRs (Variable Number Tandem Repeats).
Setengah DNA anak harus dengan DNA ibu dan setengahnya lagi harus cocok dengan ayah, kecuali jika ada mutasi.
Kemampuan eksklusi tes DNA RFLP lebih dari 99,99%.
Namun tes ini perlu DNA cukup banyak (sekitar 1 mikrogram) memerlukan sampel darah dan waktu uji yang lama, 10-14 hari.
Baca Juga : Untuk Ritual Kuno, Jantung Lebih dari 140 Anak Diambil Saat Masih Berdetak
Source | : | DNA Diagnostic Center |
Penulis | : | Nieko Octavi Septiana |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR