4. Best seller
Hitler pernah memimpin Nazi untuk melawan pemerintahan yang sah. Upaya perlawanan ini sering disebut "The Munich Beer Hall Putsch".
Hitler ditangkap kaerena dituduh berkhianat kepada negara. Di pengadilan, tuduhan tersebut dianggap terbukti dan dia dijatuhi hukuman penjara pada 26 Februari 1924.
Ketika berada di penjara karena pengkhianatan tingkat tinggi, Hitler mulai menulis apa yang kemudian dianggap sebagai salah satu buku paling berbahaya di dunia.
Dalam buku yang berjudul Mein Kampf (Perjuanganku), dia menuliskan ideologi yang dianggap anti-Semit ketika tinggal di Wina, Austria.
Meski awalnya hanya kurang mendapat respons, popularitas Mein Kampf tumbuh. Kewajiban akan membaca ini mengakibatkan populatirasnya meledak.
Pada 1939 lebih dari 5 juta kopi telah terjual. Setelah kematian Hitler, buku itu dilarang di Jerman dan negara-negara lain.
Sebagai negara bagian pemegang hak cipta, Bavaria menolak untuk memberikan hak penerbitan.
Namun, beberapa penerbit asing terus mencetak karya itu dan pada tahun 2016 itu memasuki domain publik.
Beberapa hari kemudian, Mein Kampf diterbitkan di Jerman untuk pertama kalinya sejak 1945.
5. Tak suka wanita cerdas
Pada 2 Agustus 1934, Adolf Hilter resmi menjadi diktator absolut Jerman dengan gelar Fuhrer. Meski begitu, dia dikenal tak suka dengan perempuan cerdas.
Di matanya, perempuan ideal adalah mereka yang "mungil, manis, menyenangkan untuk disayang, sedikit lugu, lembut, dan agak bodoh".
Gerakan kaum perempuan di bawah kendali Nazi dipimpin oleh Gertrud Schlotz-Klink. Motonya yang ternama adalah "perempuan Jerman kembali menyulam".
Nazi menilai pentingnya perempuan terutama dalam peran reproduksi guna penyediaan dan regenerasi kaum Nazi serta prajurit bagi Reich Ketiga. (Aswab Nanda Pratama)
(Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sisi Lain Hitler, dari Kontroversi Nobel hingga Suka Film "Snow White"")
Baca Juga : Seperti Ini Perkembangan Janin 9 Bulan, Seluruh Organ Tubuh Sudah Berkembang Sempurna
Penulis | : | Intisari Online |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR