Advertorial
Intisari-Online.com – Sindrom kepala datar pada bayi merupakan kondisi yang menggambarkan bentuk kepala datar atau biasa yang dikenal dengan kepala peyang.
Istilah medis dari kondisi ini adalah plagiocephaly.
Meski kondisi ini akan menghilang dalam beberapa bulan,kita tidak boleh menyepelekan hal ini.
Kitajuga perlu mengenalkepala peyang pada bayi,mulai gejala hingga penyebab yang perludi waspadai.
Baca Juga : Bayi Tewas Karena Dicium: Ini 3 Bahaya Kesehatan Bila Bayi Dicium
Jenis yang pertama adalah posisional plagiocephaly.
Seperti namanya bayi cenderung tidur dengan kepala ke kiri atau ke kanan.
Tekanan lembut yang konsisten menyebabkan perubahan pada tengkorak bayi yang sangat lembut.
Jika kondisi ini dibiarkan akan menimbulkan kepala bayi yang berbentuk asimetris.
Brachycephaly menjadi jenis perubahan kepala bayi yang disebabkan bayi menghadap lurus ke atas sehingga mengakibatkan tengkorak merata pada bagian belakang.
Jenis kepala peyang ini pada dasarnya sama dengan perubahan kepala peyang yang lain, namun yang membedakan hanyalah di mana posisi kepala yang merata.
Kepala peyang pada bayi juga bisa disebabkan cacat saat lahir.
Jenis scaphocephaly merupakan jenis cacat lahir di mana sendi antara tulang tengkorak bayi tertutup sehingga mencegah pertumbuhan normal.
Normalnya di antara tulang ada karet jaringan lunak yang dapat memperluas pertumbuhan tengkorak.
Biasanya kondisi ini terjadi pada bayi prematur atau yang memiliki masalah jaringan tubuh.
Lalu, bagaimana kita bisa mengetahuisindromkepala peyang pada bayiterjadi padasi kecil?
Kitabisa melihat ada bintik-bintik di area yang peyang atau melihat rambut yang hilang di salah satu sisi kepalanya.
Jika melihat ada yang aneh dengan bentuk kepala secara fisik, apakah ukurannya juga besar atau kecil, atau perbedaan rambut ada baiknya langsung membawa ke dokter anak. (Soesanti Harini Hartono)
(Artikel ini sudah tayang di health.grid.id dengan judul “Mengenal Plagiocephaly, Sindrom Kepala Datar yang Terjadi pada Bayi”)
Baca Juga : Wanita Tewas Setelah Makan Mi Rebus: Benarkah MSG di Mi Bisa Sebabkan Kematian? Ini Jawaban BPOM