Ini karena kebanyakan gula dalam tubuh akan meningkatkan kadar insulin.
Dari situ, tingginya insulin akan mengaktifkan sistem saraf simpatik. Tubuh akan merespons dengan cara memacu detak jantung dan meningkatkan tekanan darah.
Di samping itu, reseptor yang bertugas untuk mengatur kadar tekanan darah pun terganggu fungsinya.
Pola makan tinggi gula, meski hanya dijalani beberapa minggu, dilaporkan berdampak cukup besar bagi tekanan darah.
Bahkan dampaknya disebut lebih besar daripada pola makan tinggi garam.
Dalam penelitian yang terpisah, orang yang minum 700 ml minuman manis menunjukkan peningkatan tekanan darah hanya dalam waktu beberapa jam setelahnya.
Asupan yang seimbang
Meski membatasi asupan garam itu baik, kekurangan garam juga bisa membahayakan.
Maka, kita tidak perlu sampai pantang garam sama sekali karena takut garam menyebabkan hipertensi. Yang sangat dianjurkan untuk mengurangi garam terutama orang yang sensitif terhadap garam.
Cara terbaik untuk mulai membatasi garam yaitu dengan mengurangi konsumsi makanan instan dalam kemasan.
Pasalnya, sekitar 77% dari natrium harian biasanya didapatkan dari makanan kemasan (daging beku, bumbu masak yang sudah diproses, dan makanan kalengan).
Mengurangi makanan kemasan juga akan mendorong kita agar mengonsumsi makanan tinggi vitamin, mineral, serat, dan nutrisi penting lainnya.
Apalagi bila dibarengi asupan magnesium dan kalium yang seimbang, kita tak perlu terlalu memusingkan apakah garam menyebabkan darah tinggi. (Wisnubrata)
(Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Benarkah Garam Menyebabkan Tekanan Darah Tinggi?")
Baca Juga : Pulau Penyengat, Pulau Kecil yang Jadi Tempat Lahirnya Tata Bahasa Melayu
Penulis | : | Intisari Online |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR