Tapi, lagi-lagi masalah datang. Tahun lalu, polisi menggerebek tempat pencelupan bahan yang merupakan mitra P-Clothes.
Akibatnya, bahan milik Habib senilai Rp 600 jutaan tidak bisa keluar. “Mereka langsung buang limbah ke kali. Ya, saya mau bagaimana lagi, pasrah saja,” imbuh dia.
Biar produksi tetap jalan, ia pun membeli bahan baru, tapi mencicil tidak langsung puluhan rol seperti sebelumnya.
“Saya mulai dari nol lagi. Saya cari tukang bahan lagi, celup warna lagi,” bebernya.
Sebetulnya, selain konveksi, Habib punya bisnis lain, yakni sewa mobil (P-RenCar), sewa kamera (P-Cam), dan media iklan kampus.
“Saya sempat ketemu Pak Budi Satria Isman, mantan Direktur Coca-Cola Amatil Indonesia dan Presiden Direktur Sarihusada, saya disuruh fokus,” katanya.
Akhirnya, dia melepas P-RenCar ke salah satu teman kampusnya.
Sebagai imbalannya, sampai sekarang ia mendapat fee dari setiap mobil yang disewa. Begitu juga dengan P-Cam, ia serahkan ke teman lain yang masih satu kampus.
Sementara pengelolaan media iklan kampus, Habib percayakan kepada mahasiswa Telkom University. “Kan, lumayan mereka bisa mendapat sejuta dua juta,” tambah dia.
Saat ini, ia benar-benar fokus mengembangkan P-Clothes. Rencana tahun ini ialah, mengontrak bangunan yang ada di depan rumah produksi untuk gudang.
Terus, meningkatkan status usahanya dari comanditaire venootschap (CV) jadi perseroan terbatas (PT).
Toh, Habib tidak ingin mendongkrak kelas usahanya menjadi garmen.
“Saya kembangkan bisnis, kan, ingin santai sebetulnya, enggak terlalu rusuh dan terlalu santai juga. Tujuan bisnis saya, supaya banyak waktu luang. Tapi saya juga ingin tetap berkelanjutan,” ujarnya.
Yang jelas, uang bulanan sudah tidak pas-pasan lagi. (Merlinda Riska)
(Artikel ini sudah tayang di kontan.co.id dengan judul “Muhammad Habibullah meniti sukses berkat kecanduan gim”)
Baca Juga : Rezeki Tak Pernah Tertukar, Jualan Bakso Tusuk Bisa Raih Omzet 10 Juta Rupiah Sehari
Penulis | : | Intisari Online |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR