Tak ada perayaan
Di Kabul, tidak ada publisitas atau upacara spesial yang menandai kepergian tentara Soviet.
Ketika mereka akhirnya melintasi perbatasan Hairatan dan Jembatan Persahabatan pada 11.30 waktu setempat, barulah kemenangan Afghanistan dirayakan.
“Namun, ketika melihat perang saudara dan pertempuran hebat yang terjadi setelahnya, kami jadi berharap agar Tentara Merah tetap di Kabul saja,” kata Mohammad Salih, pedagang lokal yang kini berusia 76 tahun.
Ya, meskipun Soviet sudah pergi, tapi Perang Saudara antara pemerintah Afghanistan dan kelompok mujahidin masih berlangsung.
Tiga tahun kemudian, saat Soviet mengalami krisis dan tidak bisa lagi memberi dukungan kepada kubu pemerintah, presiden Mohammed Najibullah mengundurkan diri, menandai berakhirnya komunisme di negara tersebut.
Pemerintahannya digantikan oleh salah satu faksi mujahidin.
Dan kini, Afghanistan lebih retak dari sebelumnya.
Perang baru yang lebih kejam akan segera pecah sebelum Taliban Islam merebut kekuasaan pada tahun 1996. (Gita Laras Widyaningrum)
(Artikel ini sudah tayang di nationalgeographic.grid.id dengan judul “Lelah Berperang, Ini Detik-detik Soviet Mundur dari Afghanistan 30 Tahun Lalu”)
Baca Juga : Ani Yudhoyono Terkena Kanker Darah: Ini 5 Gejala Leukemia yang Sering Diabaikan, Salah Satunya Memar
Penulis | : | Intisari Online |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR