Yakni hormon yang dalam jangka panjang dapat menyebabkan sistem kekebalan tubuh menjadi tertekan (tidak berfungsi dengan baik).
Itulah sebabnya Anda mungkin memperhatikan bahwa kadang-kadang dalam hidup Anda ketika Anda berada di bawah banyak tekanan, Anda terserang penyakit.
Para ilmuwan percaya bahwa penekanan sistem kekebalan ini dapat membuat tubuh lebih rentan terhadap kanker seperti limfoma.
Baru-baru ini, para peneliti mulai menyelidiki hubungan antara stres dan genetika.
Baca Juga : Ini 8 Cara Terbaik Disiplinkan Anak, Tanpa Sedikitpun Memarahinya
Mereka telah menemukan bahwa situasi yang menekan dapat menyebabkan gen tertentu menjadi aktif dan yang lain dinonaktifkan, yang mengarah pada perubahan yang berpotensi berdampak pada pertumbuhan kanker.
Stres dan Hasil
Studi lain yang diterbitkan dari Ohio State University pada September 2010 menyelidiki dampak stres, baik psikologis maupun fisik, pada hasil pengobatan kanker.
Para peneliti ini telah menemukan bahwa stres dalam tubuh, termasuk latihan intensitas tinggi, mengaktifkan protein yang disebut heat shock factor-1 yang pada gilirannya mengaktifkan protein lain yang disebut Hsp27.
Baca Juga : Daftar Camilan Favorit Ani Yudhoyono Sebelum Derita Kanker Darah, Apakah Jadi Penyebab Kanker?
Kehadiran Hsp27 telah terbukti berpotensi melindungi sel-sel kanker dari kematian, bahkan setelah DNA mereka telah dirusak oleh radiasi atau kemoterapi.
Meskipun garis penelitian ini menarik, ini juga dapat membingungkan dan sulit untuk ditafsirkan.
Subjek dalam penelitian ini memiliki tingkat stres yang berbeda-beda, jadi bagaimana mungkin untuk memiliki 'kontrol' kelompok?
Karena alasan ini, hubungan langsung antara efek stres dan kanker tidak dapat dibuktikan.
Baca Juga : Berbanggalah, Indonesia Menempati Posisi 6 Negara Paling Indah Di Dunia!
Source | : | verywellhealth.com |
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR