Selain itu, makanan tersebut cenderung mengandung berbagai bahan buatan yang mungkin juga berperan dalam beberapa kondisi.
Produk semacam itu cenderung murah untuk diproduksi dan terjangkau bagi konsumen, dan menurut beberapa penelitian, makanan ultraproses “mendominasi pasokan makanan dari negara-negara berpenghasilan tinggi.
Faktanya, makanan ultraproses memproses sekitar 57,9 persen dari asupan energi untuk AS.
Meskipun para ilmuwan sebelumnya mengaitkan makanan yang diproses ultra dengan banyak kondisi kesehatan, sampai sekarang, tidak ada yang meneliti dampaknya terhadap kematian secara keseluruhan.
Baca Juga : Sehatkah Makanan Olahan yang Dibekukan?
Sebuah penelitian, yang dilaporkan dalam JAMA Internal Medicine, melihat celah untuk melakukan penelitian ini. Demikian dilansir dari Medical News Today
Untuk menyelidiki, para ilmuwan mengambil data dari French NutriNet-Santé Study. Secara total, mereka mengikuti responden 44.551 orang berusia 45 atau lebih untuk rata-rata 7,1 tahun.
Setiap sukarelawan mengisi formulir berbasis web yang menanyakan tentang asupan makanan mereka, dan mereka memberikan informasi tentang gaya hidup, berat badan, tinggi badan, tingkat aktivitas fisik, dan status sosial ekonomi mereka.
Para ilmuwan melihat bahwa mengkonsumsi makanan dengan tingkat ultraproses yang lebih tinggi dikaitkan dengan umur yang lebih muda, berpenghasilan lebih rendah, memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah, hidup sendiri, berolahraga lebih sedikit, dan memiliki indeks massa tubuh (IMT) yang lebih tinggi.
Baca Juga : Dari Luar Resto Siap Saji, Siapa Sangka di Dalamnya Ada Ruang Rahasia Untuk Melakukan Kejahatan Ini
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR