Misalnya, bakso malang atau siomay di kantin Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang berada di areal yang sama dengan RSCM, pempek, bakmi, dan lainnya.
Beruntung, selama tiga bulan penuh ibu selalu mendampingiku. Beliau mendapatkan dispensasi dari sekolahnya untuk mendampingiku sampai aku diperbolehkan pulang dari rumah sakit.
Lebih sulit setelah pulang
Jika hemoglobin dalam darahku kurang, aku harus menjalani transfusi darah yang rasanya tidak nyaman, merusak mood, dan membuatku harus menginap di rumah sakit barang 1-2 hari.
Jauh dari keluarga inilah yang terasa sangat berat bagiku. Untuk menghindari transfusi, aku perbanyak makanan atau minuman yang disarankan.
Baca Juga : Bocah Penderita Leukemia Ini Tulis Surat untuk Ayahnya, Isinya Sangat Menyentuh, Dijamin Bikin Nangis
Minum jus bit, susu kuda liar, telur setengah matang, atau makanan lainnya yang sebetulnya tidak kusukai kulakukan dengan ikhlas untuk mempercepat kesembuhan.
Alhamdulillah, setelah tiga bulan, aku diperbolehkan pulang dan menjalani rawat jalan. Namun, bukan berarti kesulitan berkurang. Justru lebih banyak setelah tak dirawat inap.
Aku harus menjalani radioterapi setiap hari kerja selama 10 kali. Namun, alat radioterapinya sering rusak. Baru dua kali terapi, alatnya rusak seminggu. Akhirnya, radioterapi baru selesai sebulan lebih.
Pulang-pergi ke rumah sakit, meski saat itu kami menumpang di rumah saudara di Kelapa Gading, Jakarta Utara, tetap saja melelahkan.
Source | : | Tabloid Nova |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR