Bentuk tubuh mereka juga memperlihatkan bahwa tubuh mereka dapat mengontrol suhu dan keseimbangan air dalam tubuh dengan baik sehingga cocok untuk hidup di hutan terbuka.
Apa yang mereka makan?
Homo erectus mungkin adalah spesies pengumpul makanan yang juga menambah asupan mereka dengan hasil buruan dibandingkan sepenuhnya menjadi pemburu.
Bahkan, mereka mungkin menempati posisi ekologi yang mirip dengan hyena hari ini.
Pentingnya daging dalam makanan mereka masih diperdebatkan, beberapa peneliti mempertimbangkan bahwa utamanya mereka adalah pemakan daging dan yang lain percaya bahwa mereka memiliki banyak jenis makanan lainnya.
Baca Juga : Malaysia Batalkan Proyek Kereta Cepat yang Gunakan Pinjaman dari China, Mahathir: Kami Bisa Jatuh Miskin
Seberapa pintar mereka?
Homo erectus jauh lebih pintar daripada hominini-hominini sebelumnya.
Mereka spesies pertama yang menggunakan api dan mungkin yang pertama mengumpulkan makanan sekaligus berburu sebagai cara hidup.
Mereka membuat peralatan kapak dari batu dari zaman budaya yang disebut Acheulean, hal ini dicirikan dari kapak genggamnya.
Meski demikian, kemampuan kognitif mereka jauh di bawah manusia modern.
Belum ada bukti bahwa Homo erectus mampu melakukan perilaku modern seperti menggunakan bahasa atau menciptakan seni.
Pentingnya penemuan arkeologis baru-baru ini berkaitan dengan Homo erectus di Filipina membantu kita mempelajari lebih dalam tentang kemampuan spesies ini.
Sebelumnya, telah diterima secara luas bahwa Homo erectus tidak dapat menyeberang perairan yang dalam.
Teori ini sesuai dengan keberadaan mereka yang hanya hingga ke Jawa, dan tidak dapat melintasi perairan yang lebih dalam yang dibatasi oleh Garis Wallace dalam perjalanan yang lebih jauh ke timur.
Sebuah penemuan di Filipina (dan mungkin juga di Sulawesi) membantah pemahaman tersebut, dan membuka kemungkinan yang menarik bahwa Homo erectus mungkin adalah pelaut yang lebih pandai dari yang kita pikirkan sebelumnya.
Baca Juga : Yerusalem Punya siapa?Begini Sejarah Yerusalem sejak berdirinya Israel
Bagaimana mereka berkaitan dengan kita?
Salah satu aspek yang paling kontroversial dari Homo erectus adalah siapa dari penemuan tersebut yang tergolong termasuk spesies mereka.
Sementara banyak peneliti memasukkan berbagai hasil penemuan dari seluruh dunia sebagai Homo erectus, beberapa mengklasifikasikan hasil penemuan di Afrika dan Eurasia sebagai Homo ergaster.
Sementara yang lain menggunakan istilah Homo erectus senso stricto (yakni dalam arti sempit) untuk hasil penemuan Asia dan Homo erectus senso lato (yakni dalam arti luas) untuk semua hasil penemuan.
Situasi yang agak membingungkan ini sebenarnya jauh lebih jelas daripada sejarah awal Homo erectus di mana terdapat berbagai spesies di antaranya Anthropopithecus, Homo leakeyi, Pithecanthropus, Sinanthropus, Meganthropus, Meganthropus, dan Telanthropus.
Baca Juga : Ini Cara Alami yang Efektif Menghilangkan Kutu Hewan Peliharaan di Rumah, Yuk Dicoba!
Alasan mengapa hal ini cukup rumit adalah bahwa Homo erectus (atau bagaimana pun Anda ingin menyebutnya) memiliki karakteristik morfologi yang relatif luas sehingga sulit untuk memutuskan seberapa banyak keanekaragaman yang harus dimasukkan dalam ciri-ciri spesies.
Yang jelas adalah bahwa Homo erectus berada di suatu tempat di garis keturunan manusia antara nenek moyang terdahulu dan manusia modern, berfungsi sebagai transisi dari hominini awal seperti Australopithecus ke Homo heidelbergensis, Homo neanderthalensis dan Homo sapiens.
Baca Juga : Benarkah Konsumsi Suplemen Vitamin E dapat Tingkatkan Risiko Kanker?
Apa selanjutnya bagi Homo erectus?
Tidak ada fenomena arkeologi yang telah memberikan perubahan besar dalam beberapa tahun terakhir selain bagaimana kita memahami garis keturunan kita.
Spesies baru yang telah ditemukan (dan diperdebatkan) dan juga usia dari hasil penemuan paling awal dari berbagai spesies masih terus direvisi.
Sayangnya kita memiliki fosil yang terbatas untuk diteliti sehingga hasil penemuan dan situs baru yang ditemukan dapat dengan cepat mengubah pemahaman kita tentang evolusi manusia.
Tidak diragukan lagi bahwa penelitian DNA purba akan berkontribusi untuk memecah ketidapastian ini–tapi sampel DNA masih belum diambil dari Homo erectus.
Kami terus menunggu penemuan ini dengan napas yang tertahan!
Artikel ini telah tayang di Kompas.com oleh Shierine Wangsa Wibawa dengan judul "Sebuah Kisah dari Homo Erectus, Nenek Moyang Kita yang Misterius"
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR