Nama rudal jelajah terbaru Iran tersebut mengambil dari sebuah kota di Provinsi Khuzestan barat daya yang hancur pada 1980-1988 dalam perang melawan pasukan Irak di bawah Saddam Hussein.
Iran saat ini masih terkekang oleh kesepakatan 2015 dengan negara-negara besar dunia dalam mengembangkan teknologi rudal balistik.
Di bawah Resolusi 2231, Dewan Keamanan PBB yang diadopsi untuk kesepakatan itu, menyerukan agar Iran tidak melakukan aktivitas yang berkaitan dengan rudal balistik yang akan memberinya kemampuan persenjataan nuklir.
AS telah berulang kali menuduh Iran melanggar resolusi dan kesepakatan, hingga akhirnya memutuskan menarik diri dari perjanjian itu pada Maret tahun lalu dan kembali memberlakukan sanksi terhadap Teheran.
Para pejabat Iran mengatakan, negara mereka kini sangat bergantung akan kemampuan rudal dan program misil mereka setelah sanksi Barat membuat angkatan udara mereka sangat terbatas karena ketiadaan suku cadang maupun pesawat pengganti. (Agni Vidya Perdana)
(Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Hoveizeh, Rudal Jelajah Terbaru Iran yang Mampu Menjangkau Jarak 1.200 Km")
Penulis | : | Intisari Online |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR