Pengasapan pertama hanya akan membunuh nyamuk yang ada saat itu, tapi pupa dan larva keturunannya tidak akan mati.
Minggu berikutnya, ketika pupa dan larva sudah menjadi nyamuk, harus ada pengasapan kedua.
Efektivitas pengasapan, menurut Ali, juga patut dipertanyakan. Sebab secara alamiah, serangga punya sifat untuk kebal terhadap paparan bahan kimia setelah terpapar sekian lama.
“Padahal obatnya dari dulu sama, dosisnya sama. Tidak pernah ada perubahan.”
Baca Juga : Nyamuk Raksasa Seukuran Koin Serbu Amerika dalam Jumlah Besar, Berbahayakah?
Bisa jadi, inilah sebabnya hasil pengasapan saat ini berbeda dengan di masa lalu. Sekitar 20- 30 tahun silam, dari pengamatan sekilas, berbagai jenis bangkai serangga akan berserakan usai pengasapan.
Sedangkan saat ini sepertinya tidak semua seranggamati oleh pengasapan. Bahkan nyamuk sekalipun. Entah, bagaimana dengan kondisi di rumah Enno Lerian.
Minimal 100 rumah
Saat ini TSM untuk aegypti sudah dilakukan di sejumlah daerah, seperti Banjarnegara, Semarang, Tebingtinggi, dan Tangerang Selatan.
Baca Juga : Tak Mau Lagi Digigit Nyamuk? Begini 5 Cara Menghindarinya
“Umumnya merupakan kerjasama dengan pemerintah daerah setempat,” tutur Ali yang juga menyatakan cukup yakin dengan keberhasilannya.
Masyarakat juga dapat meminta TSM di wilayahnya masing-masing. Cukup dengan mengajukan permohonan ke Batan atau ke dinas kesehatan setempat.
Bila diperlukan, bisa dilakukan pengamatan data rata-rata populasi tiap rumah terlebih dahulu. Atau menganalisis virus Dengue pada tubuh nyamuk, jika memang pernah ada kasus demam Dengue sebelumnya.
Agar ekonomis, menurut Ali, sebaiknya pemesanan minimal 100 pot atau 100 rumah untuk sekali pelepasan. Harganya, berkisar Rp5.000 untuk setiap pot.
Baca Juga : Jangan Asal Semprot Obat Nyamuk Bila Tidak Ingin Menimbulkan Celaka Penghuni Rumah
Source | : | Majalah Intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR