Jika hal ini terus berlanjut, Miller yakin semua gletser di pulau Baffin akan benar-benar hilang dan tak tersisa lagi.
"Tidak seperti biologi yang menghabiskan tiga miliar tahun terakhir untuk bisa bertahan dari dampak perubahan iklim, gletser tidak memiliki strategi untuk bertahan," jelas Miller.
"Adanya gletser bisa jadi petunjuk tentang suhu di alam. Kalau bumi sedang hangat, gletser akan mencair, tapi saat dingin (gletser) mereka ada."
"Hal ini menjadikan gletser sebagai alat yang paling andal untuk mengamati perubahan suhu," sambungnya.
Baca Juga : Gaji Rp771 Juta per Tahun, Inilah 7 Fakta Terkait Tukang Las Bawah Air yang Jarang Diketahui Orang
Di sepanjang tepian gletser yang mencair, Miller dan timnya menemukan lumut kuno.
Kemungkinan besar lumut itu bersembunyi di balik gletser selama ribuan tahun.
Kini, gara-gara perubahan iklim aneka tanaman kuno mungkin akan memperlihatkan wujudnya dan bangun dari tidur panjang.
"Hal aneh tentang lumut kuno ini adalah bisa tumbuh lagi. Jadi mereka mirip seperti zombie yang bangun dari tidur panjangnya," ujar Miller dalam dokumentasi video pendek saat ada di sana.
Baca Juga : Viral, Pembantu Duduk Menunggui Majikannya yang Sedang Makan di Restoran: Diperlakukan Seperti Hewan
Selain lumut kuno yang ditemukan Miller, Agustus tahun lalu sekelompok ilmuwan mengumpulkan 48 sampel vegetasi dari tepi 30 lapisan es di pulau Baffin.
Dengan menggunakan penanggalan radiokarbon, mereka memperkirakan bahwa sampel tanaman itu dikurung es selama 40.000 tahun atau mungkin 120.000 tahun.
Perkiraan paling konservatif, tanaman itu mungkin berasal dari zaman es terakhir, saat suhu Bumi jauh lebih dingin dibanding sekarang.
Saat itu mungkin dataran tinggi tundra di pulau itu terkubur es yang kita lihat saat ini dan membekukan aneka tanaman.
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Adrie Saputra |
KOMENTAR