Walker dan Krause menginduksi rasa sakit pada 24 partisipan penelitian muda yang sehat dengan mengoleskan panas pada kaki mereka.
Ketika mereka melakukan itu, para ilmuwan memindai otak para partisipan, memeriksa sirkuit yang memproses rasa sakit.
Para peserta tidak memiliki masalah tidur atau gangguan yang berhubungan dengan rasa sakit pada awal penelitian.
Para ilmuwan mulai dengan merekam ambang rasa sakit masing-masing peserta setelah tidur nyenyak dengan memindai otak mereka dengan mesin MRI fungsional sambil menerapkan peningkatan tingkat panas pada kulit peserta.
Baca Juga : Cara Mudah Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga, Yaitu Bangun Tidur Lebih Pagi, Ini Penjelasannya
Setelah para ilmuwan menetapkan ambang rasa sakit orang tersebut, mereka mengulangi prosedur tersebut setelah malam tidak tidur.
"Di seluruh kelompok, partisipan merasa tidak nyaman pada suhu yang lebih rendah, yang menunjukkan bahwa kepekaan mereka sendiri terhadap rasa sakit meningkat setelah kurang tidur," lapor Krause, penulis utama studi tersebut.
"Cederanya sama," jelasnya, "tetapi perbedaannya adalah bagaimana otak menilai rasa sakit tanpa tidur yang cukup."
Para peneliti menemukan bahwa korteks somatosensori otak, sebuah wilayah yang terkait dengan sensitivitas nyeri, hiperaktif ketika partisipan tidak cukup tidur.
Baca Juga : Sering Gunakan Obat Tidur? Otak Anda Terancam 'Peringatan Penyusup' yang Turunkan Respons Terhadap Ancaman
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR