Untuk mencapai target berat badan yang diinginkan, pengikut pola diet 5:2 dianjurkan untuk makan dalam jumlah yang lebih sedikit daripada jumlah kalori yang mereka bakar.
Para ahli gizi menyebutnya kalori defisit. Jika diikuti secara tepat, diet 5:2 bisa menjadi cara sederhana dan "tepat sasaran" dalam memangkas kalori, sehingga membantu kita membakar lemak berlebih.
Baca Juga : Jika Ingin Menurunkan Berat Badan, Berapa Banyak Konsumsi Karbohidrat yang Layak?
Meski tidak banyak studi yang membahas diet 5:2 secara spesifik, studi-studi terdahulu mengenai intermittent fasting bisa menjadi landasan.
Sebuah ulasan pada Annual Review of Nutrition mencatat, dalam studi terhadap binatang, diet serupa intermittent fasting bisa membantu mereduksi jaringan lemak dan sel yang menyimpan lemak.
Sebuah ulasan dan meta analisis yang dilakukan pada 2018 membandingkan intermittent fasting dengan diet lainnya yang membatasi kalori secara ketat.
Penelitian tersebut mencatat bahwa intermittent fasting sama efektifnya dengan pembatasan kalori, demi mencapai target penurunan berat badan dan meningkatkan kesehatan metabolisme.
Baca Juga : Jalan Kaki Saja Tidak Cukup untuk Menurunkan Berat Badan, Lengkapi dengan Ini
Apakah diet ini aman untuk semua orang?
Diet ini bisa menjadi alternatif bagi sebagian orang yang ingin menjalankan rencana diet yang tidak terlalu ketat, namun tidak bagi semua orang.
Orang-orang yang rentan mengalami penurunan gula darah, mudah pusing dan lelah, mungkin kurang tepat jika menerapkan pola diet yang melibatkan puasa.
Wanita hamil atau menyusui juga dilarang berpuasa. Sementara, anak-anak dan remaja perlu mengikuti saran-saran dokter jika ingin menjalankannya.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR