Intisari-Online.com – Ada pembunuh tersembunyi dalam sistem makanan kita yang rusak, kata sebuah laporan baru yang dirilis di World Economic Forum.
Meningkatnya kesadaran akan dampak diet terhadap kesehatan telah membuat banyak orang mempertimbangkan kembali apa yang ada di piring mereka.
Bagi sebagian orang, ini mungkin berarti menghindari makanan olahan dan minuman manis, dan bagi yang lain mengurangi daging merah.
Makan dengan sehat bukan hanya tentang apa yang kita makan saja, tapi juga tentang bagaimana makanan itu diproduksi.
Baca Juga : Hati-hati, Kesalahan Sederhana Ini Bisa Menggagalkan Pola Makan Sehat Kita
Bagi jutaan orang di seluruh dunia, pembunuh tersembunyi dalam sistem makanan kita yang rusak membuat makan sehat menjadi mustahil, menurut sebuah laporan baru yang memperingatkan kerusakan akibat polusi udara, kontaminasi air, dan resistensi antibiotik.
Laporan yang dirilis pada hari Rabu di Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, menyerukan desain ulang industri makanan, demikian dilansir dari Huffington Post.
Makanan telah diidentifikasi sebagai penyebab utama masalah kesehatan di AS, dengan pola makan yang buruk menjadi penyebab hampir separuh dari semua kematian akibat penyakit jantung, stroke, dan diabetes.
Namun, meskipun kita sudah memperbaiki pola makan, kita masih terpapar pada dampak kesehatan yang merusak dari, apa yang oleh laporan dari Ellen MacArthur Foundation disebut sebagai "industri" cara makanan diproduksi.
Baca Juga : Panduan Makan Sehat Tak Berubah Selama 20 Tahun, Inilah yang Mestinya Diperbaharui
Pada tahun 2050, berdasarkan laporan tersebut, sekitar 5 juta orang per tahun bisa mati.
“Cara kita menghasilkan makanan saat ini tidak hanya sangat boros dan merusak lingkungan, tetapi juga menyebabkan masalah kesehatan yang serius,” kata Ellen MacArthur, pendiri yayasan dan mantan pelaut.
"Orang-orang di seluruh dunia membutuhkan makanan yang bergizi, dan itu juga ditanam, diproduksi dan dikirim dengan cara yang bermanfaat bagi kesehatan mereka, lingkungan dan ekonomi."
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR