Advertorial
Intisari-online.com - Sebuah desa yang terbilang sepi mendadak ramai didatangi oleh pengunjung dari luar desa, bahkan dari luar Indonesia, kok bisa?
Desa ini ternyata mempunyai pasar yang tidak biasa, beraneka ragam makanan tradisional Jawa dijajakan di tempat ini, ada permainan anak dan juga ada pentas kesenian yang bisa dinikmati oleh pengunjung.
Untuk bertransaksi di pasar ini, para pembeli tidak menggunakan mata uang rupiah secara langsung.
Hal inilah yang menjadi salah satu keunikan dari pasar ini. Pasar ini bernama Pasar Papringan, terletak di Dusun Ngadiprono, Desa Ngadimulyo, Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.
Baca Juga : 7 Desa Ini Tersembunyi di Tempat yang Sangat Sulit Dibayangkan, Salah Satunya Ada di Kawah Gunung Berapi
Pasar Papringan hanya buka setiap Minggu Wage dan Minggu Pon mulai pukul 6 pagi hingga barang yang diperdagangkan habis.
Namun bila Anda ingin berkunjung ke sana, saya sarankan jangan terlalu siang, karena jam 10 ke atas hampir semua makanan habis.
Pada pintu masuk pasar terdapat panitia yang melayani penukaran mata uang rupiah menjadi "Uang Pring".
Uang Pring atau uang yang terbuat dari bambu inilah yang nantinya digunakan untuk bertransaksi.
Bu Ela, selaku Koordinator Keuangan memberikan sedikit informasi bahwa di Pasar Papringan ini terdapat banyak jenis makanan tradisional.
"Ada sekitar 140 jenis makanan yang dijual di Pasar Papringan," katanya.
"Semua koordinator maupun penjual berasal dari Dusun Ngadiprono."
Kemudian asisten Bu Ela juga menambahkan keterangan lebih lanjut bahwa uang yang digunakan dinamakan Uang Pring karena terbuat dari bahan bambu.
"Pring sendiri merupakan bambu dalam bahasa Jawa, karena bahan uang terbuat dari bambu, maka uang tersebut dinamakan Uang Pring," katanya.
Dia mengatakan bahwa 1 Pring senilai Rp2 ribu rupiah. Uang yang sudah ditukar di pasar ini tidak boleh dikembalikan lagi menjadi mata uang rupiah.
Baca Juga : Peringatan bagi Pendaki Gunung, Jangan Kunjungi 9 Gunung di Indonesia ini pada Januari 2019!
Jadi artinya bila mata uang rupiah telah ditukar menjadi Uang Pring maka uang itu hanya boleh digunakan untuk membeli makanan, barang atau untuk menikmati fasilitas yang disediakan di pasar tersebut.
Namun bila uang tidak habis hari itu, uang tetap bisa digunakan untuk bertransaksi di Pasar Papringan di hari-hari mendatang saat pasar dibuka kembali.
Nah, lalu apa saja makanan yang bisa dibeli di pasar ini?
Makanan tradisional yang bisa dijumpai kebanyakan adalah makanan khas Temanggung seperti gethuk gulung kacamata, ndas borok, kemplang ketan, bajingan, tape ketan, kupat tahu dan masih banyak lagi.
Untuk harga makanan tradisional di pasar ini juga sangat terjangkau. Sebagai contoh, satu porsi kupat tahu di tempat ini bisa dibeli dengan harga 4 Pring (Rp8 ribu) saja. Selain beberapa kuliner tradisional, ada juga pertunjukkan kesenian daerah di Pasar Papringan seperti gamelan.
Founder Pasar Papringan, Singgih Susilo Kartono mengungkapkan Pasar Papringan sengaja ditaruh di desa, agar orang mulai kembali ke desa.
Lokasi berjualan pun didesain berada di bawah pohon bambu yang membuat pasar tersebut sejuk."Tempat ini dulunya bekas tempat sampah. Kami sulap dijadikan lahan berkaya kami," kata Singgih, melansir dari Kompas.com.
Dalam menyulap tempat sampah itu, Singgih bersama pemuda desa, Komunitas Mata Air membangun dengan amat kreatif.
Tentunya penggunaan lokasi itu seizin pemerintah desa setempat.
"Kami juga lengkapi dengan aneka permainan anak, ada perpustakaan mata air, ada juga bilik menyusui," katanya.
Dalam menyulap tempat sampah itu, Singgih bersama pemuda desa, Komunitas Mata Air membangun dengan amat kreatif.
Wah sepertinya menarik ya, Apakah Anda berminat mengunjungi pasar tradisional ini?Untuk info terbaru terkait Pasar Papringan ini bisa langsung follow Instagram @pasarpapringan.
Baca Juga : Eksotisme Upacara Kubur di Tana Toraja