Limbah tisu basah yang banyak digunakan para pendaki untuk berbagai keperluan kebersihan diri, banyak tertinggal dan menjadi sampah yang sulit terurai tanah.
Bahkan, sampah tisu basah menjadi penyumbang jumlah sampah terbesar kedua di gunung setelah botol bekas air mineral.
Meskipun ukurannya kecil, namun tisu basah menjadi barang yang hampir pasti dibawa oleh para pendaki.
Meskipun peraturan dikeluarkan untuk pendakian via Selo, akan tetapi tidak menutup kemungkinan perlahan akan diberlakukan pada semua jalur pendakian.
"Ya tetap diberlakukan pada semua jalur. Kami perlahan-lahan sambil sosialisasi kepada masyarakat luas supaya semua bisa memahami dan jangan menambah banyak bahan-bahan yang sulit terurai," kata Edy.
Dengan adanya larangan ini, calon pendaki bisa mengganti tisu basah dengan sapu tangan atau tisu kering yang dibasah untuk keperluan membersihkan diri.
Tisu kering bersifat lebih mudah terurai, namun bukan berati sampahnya bisa ditinggalkan di tempat.
"Saya sarankan lebih baik pakai tisu kertas yang biasa dipakai itu, agar tidak menambah banyak polusi bahan-bahan yang sulit terurai," ucap Edy.
Adapun, hal-hal lain yang juga patut menjadi perhatian adalah larangan membuat api unggun, merusak kawasan taman nasional apa pun caranya, membawa pisau berbilah lebih dari 15 cm, usia minimal pendaki 10 tahun, dan beberapa peraturan lainnya yang umum diterapkan di semua gunung.
Baca Juga : Penemuan Tisu Basah Ini Diharapkan Jadi Petunjuk Keberadaan Malaysia Airlines MH370
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Intisari Online |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR