Obat yang salah
Tingginya korban gigitan ular menyebabkan banyak obat murah yang kurang manjur beredar di pasaran.
Harga obat antibisa biasanya sekitar Rp 400.000 per botol.
Kondisi dianggap membantu oleh kementerian kesehatan di Afrika dan mulai banyak dijual di sebagian besar benua.
Namun sejumlah laporan menyebutkan sebagian obat seperti ini tidak efektif.
Studi kasus skala kecil dari rumah sakit di Ghana dan Republik Afrika Tengah menunjukkan korban justru meningkat dari 2% menjadi lebih dari 10% dengan penggunaan obat murah ini.
Obat anti racun ular ini sering kali menggunakan racun ular dari kawasan yang berbeda.
Misalnya obat yang dibuat dengan ular di India digunakan di Afrika.
Baca Juga : Bukan Dari Ayah, Kecerdasan Anak Ternyata Diturunkan dari Ibu
Inilah yang menyebabkan ada korban gigitan yang tak tertolong.
Ironisnya banyak pabrik besar yang mengurangi pasokan obat yang sangat diperlukan sehingga menimbulkan kekurangan stok.
Tidak diuji coba
Masalah ini semakin parah karena tidak adanya uji coba obat.
Sebagian besar obat harus diuji coba melalui uji klinis untuk membuktikan keekfektifannya.
Badan obat sejumlah negara biasanya menyepakati produk obat tanpa bukti kuat efektifitasnya.
Baca Juga : Ternyata Seperti Inilah Kondisi Borobudur saat Pertama Kali Ditemukan, Menyedihkan
Guna mengatasi malasah ini, Badan Kesehatan Dunia, WHO meluncurkan program uji coba sebelum diedarkan di pasar, dan hasilnya akan diterbitkan tahun ini.
Dengan langkah ini, kementerian kesehatan dan pihak farmasi dari berbagai negara dapat lebih mengerti bagaimana memproduksi obat anti racun ular.
Pabrik-pabrik obat tidak dilibatkan dalam skema ini, namun diharapkan persetujuan WHO dapat membantu mempengaruhi kesepakatan pembelian obat anti racun ular di seluruh Afrika.
Tantangan masa depan
Baca Juga : Pendidikan di Finlandia: Waktu Belajar Hanya Tiga Jam, Tak Ada PR dan Ujian, tapi Jadi yang Terbaik di Dunia
Efektivitas obat anti racun ular merupakan salah satu bagian dari upaya penanganan korban gigitan ular, namun masih banyak tantangan lain.
Masih diperlukan penelian lapangan lebih lanjut untuk memetakan komunitas yang paling berisiko dan untuk menjamin pasok obat yang terjangkau.
Pelatihan petugas medis juga sangat diperkukan untuk menangani korban gigitan dan mengurangi jumlah korban meninggal.
Selain itu, mendidik masyarakat setempat tentang penanganan pertama gigitan ular juga diperlukan untuk menekan risiko kematian.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "4 Alasan Banyak Orang Meninggal karena Gigitan Ular"
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR