Walaupun lokasi di pedesaan merupakan risiko, fasilitas kesehatan di sejumlah tempat di Afrika dan Asia yang kurang lengkap juga berperan.
Pelatihan medis, kendaraan untuk situasi darurat dan obat yang terjangkau sering kali menjadi penyebab tak tertolongnya korban.
Obat yang mahal
Gigitan ular berbisa biasanya menyebabkan tiga gejala yang mematikan: pendarahan berat, kelumpuhan dan rusaknya organ yang tak dapat diobati.
Langkah yang paling penting dilakukan korban gigitan ular adalah mendapat obat yang tepat sesegera mungkin begitu digigit ular.
Baca Juga : Riset: Wanita yang Tinggal Bersama Mertua 3 Kali Lebih Berisiko Terkena Penyakit Jantung
Obat antibisa biasanya digunakan untuk korban gigitan ular. Obat ini menggunakan bisa atau racun ular.
Ini berarti diperlukan berbagai obat karena ular berbisa terdiri dari banyak jenis termassuk kobra, mamba, viper.
Racun ini juga berbeda tergantung dari jenis ular, atau bahkan kelompok ular dari kawasan yang berbeda.
Karena perbedaan ini, obat antibisa biasanya mahal.
Baca Juga : 7 Desa Ini Tersembunyi di Tempat yang Sangat Sulit Dibayangkan, Salah Satunya Ada di Kawah Gunung Berapi
Di Amerika Latin, obat antibisa diproduksi di dalam negeri dan disubsidi oleh pemerintah.
Tingkat kematian di sub-Sahara Afrika bahkan lebih tinggi dan obat anti racun ular antara Rp 1,8 sampai Rp 2,6 juta per botol kecil dan diperlukan antara tiga sampai 10 untuk menyelamatkan korban gigitan.
Pendapatan petani di Swaziland, Afrika misalnya sekitar Rp 8,5 juta setahun dan obat seharga ini tentu tak terjangkau.
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR