"Tapi saya bukan pawang ataupun ratu ular. Saya pecinta ular. Dan ini memang jadi hobi saya sekarang," kata perempuan yang kini jadi Penyuluh Bahasa Bali ini.
Dan mulai tahun 2015, ia pun show menggunakan ular berbisa semisal king kobra.
"Pakai king kobra, bisa nyium ularnya pas show rasanya lega sekali. Tapi kalau ularnya nggak mau diem dan saya nggak bisa cium, itu bikin jengkel juga," katanya berkelakar.
Selain show dengan ular dirinya pun beberapa kali tidur dengan ular.
Ia melakukan hal ini karena rasa penasarannya yang begitu tinggi dengan kepercayaan leluhur tentang guna-guna ular.
"Kalau di Bali kata leluhur, jangan sampai bergaul ataupun tidur dengan ular, kena guna-guna nanti. Penasaran, ajak tidur ular piton dan benar saya tidak ingin bangun. Ingin tidur saja saya seperti ular. Dan saya tahu, oh ini guna-guna ular. Makanya dukun pake kulit ular yang sudah terkelupas untuk dipakai guna-guna ular," katanya.
Dan hingga kini pun ia masih sering tidur dengan ular.
Ia mulai mengajak tidur ular piton kecil yang dipeliharanya agar ularnya menjadi jinak.
Sementara itu, dalam pentas ia harus benar-benar tahu sifat ular yang akan diajak pentas.
Tak semua ular diam tidak berbahaya.
"Memang semua galak, tapi ada yang diam-diam menganyutkan. Kita bisa lihat dari sorot matanya kalau ular itu lagi ngambek, marah. Jadinya harus tahu dan kita harus kontak dengan sorot matanya," katanya. (Putu Supartika/Tribun Bali)
Artikel ini telah tayang di tribun-bali.com dengan judul Kisah Dewi Ular Dari Tabanan, Pernah Tidak Ingin Bangun Usai Tidur Dengan Ular
Source | : | Tribun Bali |
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR