Kembalinya dari pengasingan adalah upaya untuk menyatukan orang-orang Yahudi dengan orang-orang seperti Ezra dan Nehemia (pemimpin awal periode Kuil Kedua).
Namun, langkah-langkah semacam itu diatasi dengan ketidakpuasan yang tumbuh.
Sebagaimana terbukti dari tulisan-tulisan apokaliptik pada masa itu dan munculnya banyak sekte.
Orang- orang Farisi dan Saduki adalah dua kelompok yang paling menonjol pada masa itu.
Baca Juga : Buah Parijoto, Warisan Sunan Muria yang Dianggap Bisa Atasi Masalah Sulit Hamil
Orang-orang Farisi, yang dianggap sebagai pendahulu dari tradisi rabinik, mempromosikan memasukkan agama ke dalam setiap aspek kehidupan dan umumnya menolak Hellenisme.
Orang Saduki, dengan ikatan keimamatan, mempertahankan identitas agama mereka, tetapi lebih terbuka terhadap budaya Helenistik.
Kelompok-kelompok lain, seperti kaum Eseni, memiliki kepercayaan yang lebih radikal.
Orang-orang Kristen Yahudi awal adalah sekte Yahudi yang signifikan lainnya.
Baca Juga : Benarkah Imigran Bermata Biru Mengubah Israel Kuno 6500 Tahun Lalu?
Penghancuran Kuil Kedua dan Munculnya Yudaisme Rabinik
Kehancuran Bait suci yang telah menjadi pusatkegiatan agama dan politik bagi orang-orang Yahudi, merupakan tantangan yang besar.
Orang-orang yang Yahudi selamat dari krisis ini pun memainkan peran kecil selama periode Bait Suci Kedua.
Sinagoge menyerap peran Kuil sebagai tempat ibadah, belajar, doa menggantikan pengorbanan; para rabi berusaha menggantikan para imam sebagai guru dan wali atas hukum.
Kemampuan para rabi untuk mengadaptasi tradisi alkitabiah - termasuk hukum makanan , ketaatan terhadap Shabbat, festival, dan pemujaan-pemujaan lainnya akhirnya bertahan selama berabad-abad.
Baca Juga : Diprediksi akan 'Babak Belur, Secara 'Ajaib' Militer Israel Malah Menangkan 3 Pertempuran Legendaris Ini
Source | : | myjewishlearning.com |
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Adrie Saputra |
KOMENTAR