Advertorial
Intisari-Online.com - Menurut seorang akademisi di sebuah lembaga yang didanai China, rencana Inggris untuk membangun pangkalan angkatan laut Asia adalah jelas sebagaiupaya untuk menargetkan China.
Inggris telah mengumumkan rencana untuk mendirikan pangkalan angkatan laut Asia yang baru.
Pengkalan tersebut kemungkinan berada di Brunei atau Singapura.
Langkah ini disambut baik oleh Taiwan, tetapi tidak oleh China.
Baca Juga : Pernah Nyeri Dada? Ini 4 Gejala 'Berbahaya' yang Justru Tak Perlu Dikhawatirkan
Menganggapi berita tentang rencana tersebut, Xu Liping, seorang profesor di Institut Studi Asia-Pasifik di bawah Akademi Ilmu Sosial China, mengatakan kepada SCMP, "Ini jelas gerakan 'melenturkan otot' yang menargetkan China dan menunjukkan keterlibatan kekuatan eksternal yang lebih dekat dalam sengketa Laut China Selatan.
Akademi Ilmu Sosial China adalah lembaga yang didanai negara yang program-programnya berorientsi akademis dan kebijakan.
Komentar Xu muncul setelah Menteri Pertahanan Inggris, Gavin Williamson, mengkonfirmasi minggu lalu bahwa Inggris bertujuan untuk mendirikan pangkalan angkatan laut di suatu tempat di Asia dalam tahun-tahun mendatang.
Williamson mengatakan, "Ini adalah momen terbesar kita sebagai bangsa sejak akhir Perang Dunia Kedua."
"Ini adalah momen kami untuk menjadi pemain global sejati sekali lagi - dan saya pikir angkatan bersenjata memainkan peran yang sangat penting sebagai bagian dari itu."
Rencana tersebut bertepatan dengan apa yang dikatakan Theresa May pada Januari tahun lalu tentang membangun 'Inggris Global' pasca-Brexit.
Mantan Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson juga menyatakan pada saat itu Inggris akan 'lebih berkomitmen pada kawasan Asia-Pasifik' dan setelah puluhan tahun memindahkan kepentingan militernya ke arah barat.
Laut China Selatan adalah wilayah yang diperebutkan oleh banyak negara yang percaya bahwa mereka memliki klaim atas bentangan taktis laut.
Baca Juga : Berkenalan dengan Penyakit 'Darah Manis' yang Bikin Kulit Anak Mudah Bentol dan Luka
China dan beberapa negara tetangganya termasuk Filipina, Vietnam, Malaysia, Brunei dan Taiwan telah terlibat dalam perselisihan selama puluhan tahun mengenai siapa yang mengendalikan Laut China Selatan tersebut.
Xi Jinping mengklaim bahwa sebagian besar lautan sebagai wilayahnya, sedang tetangga China berpendapat bahwa bagian yang diklaim oleh China juga milik mereka.
Ketegangan makin bertambah dalam beberapa tahun terakhir dan mengakibatkan keterlibatan AS.