Periang, centil Nurhidayati bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Singapura sejak 2012.
Sudah tiga kali dia ganti majikan.
Kata Warsem, semuanya baik-baik saja. Korban adalah anak ketiga dari lima bersaudara.
"Nama Wartono Surata di belakang nama anak saya itu, nama bapak angkatnya."
Baca Juga : Ilhan Omar, Wanita Muslim Pertama yang Akan Kenakan Jilbab di Kongres AS, 'Pendobrak' Larangan
"Bukan nama bapak kandung atau bapak sambung (tiri)," ungkap Warsem.
"Dia anak yang periang, centil, dan cerewet. Menyenangkan. Kawan curhatnya ya cuma sama saya. Apalagi setelah dia bercerai."
"Dia sempat bilang enggak mau buru-buru nikah lagi. Mau membesarkan anak dulu sampai lulus kuliah," kata Warsem. Muradi membenarkan.
"Sama saya hampir enggak pernah telepon. Teman curhatnya ya cuma ibunya. Kalau telepon saya paling nanyain, 'Renovasi rumah sudah jadi belum. Bahan bangunan kurang enggak. Minta ditalangi dulu kalau kurang'," ucapnya.
Muradi dan Warsem mengakui, Nurhidayati menjadi tulang punggung ekonomi keluarga mereka.
"Yang paling banyak membantu keuangan keluarga di antara anak-anak kami, ya dia," kata Warsem.
Nurhidayati sempat menikah dengan seorang pria selama tujuh tahun, lalu cerai. Dari pernikahan ini, dia dikaruniai anak, Wisnu Prayogi (11), kelas lima SD.
Dari hasil bekerja di Singapura, Nurhidayati mampu membeli rumah dan tanah yang lokasinya tak jauh dari rumah orangtuanya.
"Baru selesai direnovasi Desember lalu. Habis sekitar Rp 100 juta," ujar Muradi yang diserahi tanggung jawab merenovasi rumah Nurhidayati.
Baca Juga : Tak Hanya Jalani Kerja Paksa, Pelajar Indonesia di Taiwan Juga Diduga Diberi Makanan Mengandung Babi
Menurut Muradi, Nurhidayati masih punya cita-cita membangun lagi rumah kecil untuk dirinya.
"Jadi rencananya, rumah yang baru selesai dibangun ini untuk anaknya. Terus mau bangun lagi rumah lebih kecil untuk masa tuanya," tutur Muradi.
Sampai larut malam, sejumlah warga Desa Kenanga yang dikenal sebagai "kampung pekerja migran" ini, masih berkumpul, datang dan pergi, di rumah duka.
Sebagian memilih menunggu kedatangan jenazah Nurhidayati.
Sementara itu, rumah Nurhidayati yang baru selesai direnovasi Desember lalu, masih senyap.
Impian membangun rumah kecil berikutnya bagi masa tua Nurhidayati, pupus. (Windoro Adi/Kompas.com)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Menolak Jadi Simpanan, Pekerja Indonesia Dibunuh di Singapura"
Source | : | kompas |
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Adrie Saputra |
KOMENTAR