"Yang kami khawatirkan di bawah laut curam, di atas landai. Jika retakan tersambung, lalu ada getaran, ini bisa terdorong, dan bisa roboh (longsor)," ujar dia.
Bagian badan gunung yang diduga akan longsor karena retakan tersebut, bervolume 67 juta kubik dengan panjang sekitar 1 kilometer.
Volume tersebut lebih kecil dari longsoran yang menyebabkan tsunami pada 22 Desember 2018 lalu, yakni sekitar 90 juta kibik.
"Jika ada potensi tsunami, tentu harapannya tidak seperti yang kemarin, namun kami meminta masyarakat untuk waspada saat berada di zona 500 meter di sekitar pantai," kata dia.
Baca Juga : Ini Alasan Kita Harus Rayakan Sekaligus Membuat Resolusi Tahun Baru?
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi atau PVMBG membagikan kondisi terbaru aktivitas Gunung Anak Krakatau per 1-2 Januari 2019.
Aktivitas G. Anak Krakatau 1 - 2 Jan 2019 pic.twitter.com/peAl4uAas0
— PVMBG-CVGHM (@vulkanologi_mbg) 2 Januari 2019
Secara visual teramati asap putih tebal setinggi 200-1500 meter di atas kawah.
Untuk aktivitas kegempaan, PVMBG mencatat tremor amp 1-18 mm terus menerus terjadi.
Baca Juga : Cegah Siswa Bolos, Sekolah di China Pasang Alat Pelacak pada Seragam, Efektifkah?
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Adrie Saputra |
KOMENTAR