Lalu pertanyaannya, mengapa Anda orang yang berani berkomentar jahat di internet?
Thomas Raymond Pandapotan Sitorus, sarjana Psikologi Universitas Indonesia lulusan 2016, pernah menuliskan pendapatnya di Intisari Online pada September 2016.
Menurut Thomas, cara kita memakai media sosial di internet saat ini terbuka banyak sekali ruang untuk memberikan komentar.
Misal di berbagai grup WhatsApp keluarga, grup Facebook angkatan saat sekolah, ataupun artis favorit di Twitter, selalu ada hal yang bisa kita komentari dari berbagai kegiatan yang orang bagikan di media sosial tersebut.
Sebelum ikut berkomentar, biasanya kita akan melihat respon lain dari orang-orang yang membaca artikel tersebut dan kita dapat menemukan begitu beragamnya komentar-komentar yang diberikan oleh orang-orang tersebut.
Isinya tak jarang hanya berupa adu debat sengit yang saling menjatuhkan, tetapi seringkali juga muncul komentar-komentar yang bernada kasar yang bahkan bisa menggunakan kata-kata kasar kebun binatang.
Padahal komentar kasar tersebut diucapkan di ranah publik, di media sosial di mana hampir siapapun dapat membaca komentar kasar miliknya.
Hal ini oleh Papacharissi (seorang sarjana komunikasi yang karyanya telah membantu mendefinisikan bidang komunikasi politik di era media digital kontemporer) dianggap terkait dengan kondisi bahwa identitas diri pemberi komentar kasar atau negatif tidak banyak diketahui orang.
Kondisi ini membuat seseorang lebih berani berkata-kata kasar di tempat tersebut karena anggapannya orang-orang tidak begitu mengenal dia dan tidak dapat memberi sanksi yang keras terhadap dirinya.
Baca Juga : Temui Fu Sheng: Seorang Tiran Bermata Satu dari China yang Brutal
Penulis | : | Intisari Online |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR