Advertorial

Dari Sukarelawan Hingga Dokter Berlomba Mencari Korban Selamat Tsunami Banten

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah
,
Mentari DP

Tim Redaksi

Pesisir pantai Banten diterjang tsunami setinggi 0,9 meter pada hari Sabtu (22/12/2018) malam. Berbagai kalangan mencoba mencari korban.
Pesisir pantai Banten diterjang tsunami setinggi 0,9 meter pada hari Sabtu (22/12/2018) malam. Berbagai kalangan mencoba mencari korban.

Intisari-Online.com - Pesisir pantai Banten diterjang tsunami setinggi 0,9 meter pada hari Sabtu (22/12/2018) malam.

Berbagai elemen masyarakat pun mulai berlomba mencari orang yang selamat.

Para dokter mulai bekerja untuk menyelamatkan para korban yang terluka.

Sementara ratusan militer dan sukarelawan menjelajahi pantai-pantai yang penuh puing-puing untuk mencari para korban.

Baca Juga : Ini Daftar Bencana yang Diramal Akan Terjang Indonesia pada 2019, Menurut BNPB

Hingga hari Senin, (24/12/2012), setidaknya jumlah korban tewas meningkat menjadi 281 orang dan lebih dari 1.000 lainnya terluka.

Perhimpunan Dokter Indonesia wilayah Banten mengatakan telah mengirim dokter dan persediaan serta peralatan medis dan banyak guna memaksimalkan pertolongan.

Tsunami juga diketahui sampai hingga ke Lampung, di kota Bandar Lampung di Sumatra, ratusan penduduk mengungsi di kantor gubernur.

Sementara di daerah pantai Anyer di Jawa, beberapa orang yang selamat berkeliaran di sekitaran reruntuhan.

Baca Juga : Tak Hanya Indonesia, Seluruh Dunia Berubah 'Mencekam' Seperti Ini Ketika Terjadi Erupsi Krakatau

Tsunami tidak besar dan tidak meluas jauh ke pedalaman, tetapi kekuatannya kuat dan dapat merusak.

Pecahan-pecahan beton dan potongan kayu yang berserakan di daerah pesisir mengubah daerah pantai menjadi serupa kota hantu.

Para ilmuwan, termasuk yang dari Badan Meteorologi dan Geofisika Indonesia, mengatakan tsunami mungkin disebabkan oleh tanah longsor.

Baik itu yang terjadi di atas tanah atau di bawah air dari erupsi lereng curam gunung berapi.

Selain itu penyebab tsunami juga berasal dari gelombang pasang bulan purnama.

Gegar Prasetya, salah satu pendiri Pusat Penelitian Tsunami Indonesia, mengatakan bahwa tsunami itu kemungkinan disebabkan oleh keruntuhan sayap sebagian besar lereng gunung berapi.

Mungkin saja sebuah letusan memicu tanah longsor di atas tanah atau di bawah lautan.

Baca Juga : Ngeri! Ternyata Beginilah Isi Kulkas Pasangan Suami-Istri Kanibal Saat Ditangkap Polisi

Yang mana kedua hal itu mampu menghasilkan gelombang tsunami.

"Sebenarnya, tsunami itu tidak terlalu besar, hanya 1 meter (3,3 kaki)," kata Prasetya, yang telah mempelajari Krakatau.

"Masalahnya adalah orang selalu cenderung membangun segalanya dekat dengan garis pantai."

Perlu diketahui bahwa Indonesia sendiri terletak di sepanjang "Cincin Api," sebuah busur gunung berapi dan garis patahan di Cekungan Pasifik.

Hal itu membuat Indonesia rentan terhadap bencana, baik gempa bumi atau kemudian tsunami sebagai akibatnya.

Baca Juga : Gara-gara Video Bayi Mainkan Segepok Uang, Kebun Ganja Bernilai Rp15 Miliar Terbongkar

Artikel Terkait