Dan demi Tuhan saya belum pernah mencobanya, belum pernah merasakannya.
Paling yang saya lakukan ya itu tadi, membelikan untuk kedua teman tersebut. Setelah mereka teler, sering saya yang mengantar pulang.
Ketika orangtua mereka bertanya, saya terpaksa berbohong. Saya bilang mereka pusing, sakit, atau apalah. Dalam hati saya waktu itu hanya ada satu niat, yakni melindungi teman.
Ketika itu saya menafsirkan persahabatan adalah saling melindungi. Saya belum menyadari tindakan saya itu salah. Bahkan mungkin ikut mempercepat kematiannya.
Buktinya, salah satu dari dua teman itu kemudian dikirim ke Belanda dan meninggal di sana.
Orangtuanya pasti tetap tidak tahu di negeri itu anaknya barangkali malah semakin gila-gilaan dengan narkotika hingga mengakibatkan kematiannya.
Mensyukuri masa lalu
Pengalaman dunia narkotika itu terjadi sewaktu saya masih SMA. Kami, anggota geng Geradak, kemudian berpisah begitu bangku SMA ditinggalkan.
Kehidupan saya mengalami suasana lain begitu menginjak dunia mahasiswa. Kegemaran saya kemudian antara lain pada olahraga terjun payung.
Baca Juga : HUT Bhayangkara ke-72: Jalan Sunyi Jenderal Hoegeng, Jalannya Para Pemberani
Saya ikut latihan pada awalnya diajak oleh anaknya Pak Hoegeng (Hoegeng Iman Santoso, mantan Kapolri, Red).
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR