Ayah saya tentara, R. Soepono Digdosastropranoto. Pangkat terakhirnya, kolonel. Beliau mantan Kepala Perindustrian Angkatan Darat. Sedangkan ibu saya, Rr. Susantilah.
Kelaki-lakian
Saya anak ketiga dari tujuh bersaudara. Dan hanya saya sendiri yang perempuan. Mungkin karena itu, masa kecil dan remaja saya lagaknya kelaki-lakian.
Tomboy-lah. Permainan yang saya gemari waktu kecil tak jauh dari kesukaan bocah laki-laki: layangan, kelereng. atau mobil-mobilan.
Karena selama di Jakarta orangtua saya tinggal di kawasan Kebayoran Baru (Jalan Limau. Red) dan kemudian pindali ke kawasan Cipete, di dua daerah itu pulalah sebagian kepribadian saya terbentuk oleh lingkungan.
Bapak saya menjadi tentara sejak perang melawan Belanda. Dalam suasana itu, Bapak dan Ibu acap berpindah kota.
Baca Juga : Ketika Raffles Menjarah Keraton Yogyakarta
Maka kakak saya yang pertama lahir di Malang. Dan yang kedua lahir di Wates (daerah sebelah barat Yogyakarta, Red).
Ketika keadaan sudah mulai tenang, masa di sekitar kemerdekaan, Bapak pindah ke Jakarta. Di situlah saya lahir, pada Jumat Pon.
Mungkin Bapak dan Ibu senang, karena bayi yang ketiga ini perempuan. Weton (sistem hari penanggalan Jawa, Red) saya kebetulan sama dengan Bapak.
Karena itu, berdasarkan adat, saya untuk sejenak "dibuang". Ini adalah upacara yang cukup sederhana, di mana saya untuk sesaat tidak tinggal di rumah, tapi "dibuang" dan dipungut oleh orang lain.
Source | : | Tabloid Nova |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR